Gunung Merapi di Klaten, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, Profesor Sunarno, mengingatkan publik agar memantau peningkatan debit air di hulu sejumlah sungai di lereng Merapi sebagai sistem peringatan dini bencana. Caranya, dengan mengakses saluran frekuensi radio milik Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI).
Ketua ORARI Yogyakarta ini mengatakan, informasi mengenai tingkat curah hujan sudah direkam oleh sensor, yang dipasang oleh Tim riset Laboratorium Sensor dan Sistem Telekontrol, UGM, bersama Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) DIY, di puncak Merapi. "Bisa diakses masyarakat di saluran frekuensi 144.100 Mhz," kata dia.
Sensor itu berupa tabung yang berisi semacam timbangan yang biasa bergerak ke kiri dan kanan ketika hujan turun. Begitu curah hujan di puncak Merapi meninggi maksimal, timbangan itu berhenti bergerak dalam posisi sejajar karena derasnya air yang turun dari atas. "Biasanya akan terdengar alarm dengan nada tinggi. Kalau sudah begitu, yang di areal bawah harus bersiap," ujar dia.
Untuk membuatnya semakin valid, peneliti alat deteksi bencana dari Fakultas Teknik UGM Wahyu Wilopo menyarankan, ada tambahan sensor pendeteksi debit air di hulu tersebut. Wahyu memberi contoh sejumlah titik di aliran hulu beberapa sungai di lereng merapi yang membutuhkan sensor gelombang ultrasonik. "Tim dari Fakultas Teknik UGM sudah merancang alat seperti ini, tapi baru digunakan di sekitar areal penambangan pertamina," kata dia.
Alat pendeteksi bencana tersebut, menurut Wahyu berupa lampu penyebar gelombang ultrasonik yang bisa merekam tingkat ketinggian debit air di lintasan hulu sungai. Energi lampu ini bisa memakai komponen baterai aki yang disuplai tambahan listrik dari panel surya. "Tak perlu listrik PLN dan bisa bertahan enam bulan," kata dia.
Sensor ultrasonik, Wahyu melanjutkan, bisa dilengkapi dengan alat serupa batangan besi, yang dicelupkan ke aliran sungai, untuk merekam kadar material yang hanyut bersama air. Alternatif lainnya menurut Wahyu, bisa dengan memasang batangan kawat di sepanjang aliran sungai untuk mengukur besaran material. "Alat sensor seperti ini sebenarnya banyak dipasang di sekitar lereng merapi, tapi sering kurang terpantau kondisinya, masih baik atau tidak," ujar Wahyu.