Ribuan Massa Minta Walikota Gorontalo Segera Turun
Reporter
Editor
Kamis, 16 Desember 2004 17:30 WIB
TEMPO Interaktif, Gorontalo:Ribuan massa dari berbagai elemen di Gorontalo kembali melakukan demo, Kamis (16/12). Massa menuntut agar Walikota Gorontalo Medi Botutihe segera turun dari jabatannya. Demo ini bersamaan dengan kedatangan tim Departemen Dalam Negeri untuk mencari fakta. "Kami juga menuntut dalang penyerangan ke kampus Universitan Negeri Gorontalo diusut,"kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Alim Niode, Kamis siang. Ribuan massa ini terdiri dari mahasiswa, siswa, dosen, penarik bentor dan elemen masyarakat lainnya dilakukan mulai dari Kampus Universitas Negeri Gorontalo. Massa lalu long march menuju Kantor Walikota Gorontalo dan RRI Gorontalo. Di Kantor Walikota massa meminta bertemu dengan tim Depdagri. Sedangkan di RRI Gorontalo, massa meminta siaran langsung yang berupa imbauan agar warga Gorontalo tetap tenang.Menurut Ketua HMI Cabang Gorontalo Romi Moge, ada duatuntutan massa yang melakukan demo. Pertama WalikotaGorontalo Medi Botutihe segera turun. Kedua, mendesakpihak kepolisian untuk mengusut otak dibalikpenyerbuan ke kampus.Romi menyatakan dialog dengan tim Depdagri juga dapatdilaksanakan Kamis sore. Dialog berlangsung di aulakampus Universitas Negeri Gorontalo. Dalam dialog timDepdagri ingin mencari informasi obyektif mengenaiakar permasalahan mengapa Medi Botutihe diminta untukturun dari jabatannya.Kedatangan tim pencari fakta dari Depdagri ini setelahDPRD Kota Gorontalo menerima dan menyetujui WalikotaMedi Botutihe mundur dari jabatannya Senin (6/12)lalu. Setelah menyetujui pengunduran diri, Dewan Kotalangsung mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri,Walikota Medi Botutihe dan Gubernur Gorontalo FadelMuhammad. Surat kepada Mendagri langsung dibawaGubernur Fadel.Empat fraksi yang meminta dan mendesak walikota mundurmasing-masing Fraksi Persatuan Pembangunan, PartaiGolkar, Amanat Keadilan dan Bintang Perjuangan Rakyat.Pendapat fraksi ini disampaikan Abdul Latif Yunus,Alimin Dunggio, Zulkarnain Dunda dan Feryanto Mayulu.Dalam Surat Keputusan nomor 11 tahun 2004 yangditandatangani Ketua DPRD Kota Gorontalo Adhan Dambea,terdapat empat poin yang telah ditetapkan Dewan. Poinini menyebutkan bahwa Keputusan DPRD Kota Dorontalotentang saran kepada Medi Botutihe untuk mundur darijabatannya sebagai walikota. Poin lainnya, menerimadan menyetujui saran dan pendapat dari fraksi-fraksidi DPRD Kota Gorontalo.Sebelumnya mahasiswa mengutuk keras tindakan penyerangan dan perusakan kampus. Bukan hanya sebagai bentuk penghinaan bagi perguruan tinggi.Penyerbuan ini juga sebagai salah satu bentuk perusakan tatanan hidup dan penindasan terhadap masyarakat.Kepala Kepolisian Resort Kota Gorontalo Ajun KomisarisBesar A. Rozimi menyatakan demo yang dilakukanberbagai elemen mahasiswa dan masyarakat iniberlangsung aman dan damai. Ratusan aparat keamananmelakukan penjagaan selama demo berlangsung. Mengenaipelaku penyerangan ke kampus, saat ini sudah ada yangditahan aparat kepolisian.Aksi penyerbuan ke kampus ini juga menimbulkan reaksidari Nelson Pomalingo, Rektor Universitas NegeriGorontalo. Nelson mengatakan akan memboikot semuakegiatan Pemerintah Kota Gorontalo bila jalur politikdan hukum menyangkut penyerbuan ke Kampus UniversitasNegeri Gorontalo tidak berjalan dengan baik. "Kamiakan memboikot apa saja kegiatan di pemerintah kota(Gorontalo)," katanya.Menurut Nelson, secara psikis penyerbuan ke kampustelah menimbulkan trauma bagi mahasiswa. Prosesperkuliahan terganggu dan demokrasi tidak jalan.Bahkan sejumlah mahasiswa yang orang tuanya berada diluar Gorontalo akan memindahkan anaknya bilapenyerangan itu tidak diusut tuntas. Apalagi, hampir60 persen mahasiswa di Universitas Negeri Gorontaloini berasal dari luar daerah.Nelson menyatakan persoalan ini bukan bukan cumaperbaikan kerusakan fasilitas kampus. Tapi, menghilangkan premanisme dan kekerasan. Aksi meminta Medi Botutihe mundur dari jabatannya sebagai walikota ini terus dilakukan mahasiswa,terutama di Kampus Universitas Negeri Gorontalo yang berdekatan dengan rumah pribadi Medi. Untuk mengingat penyerbuan ke kampus, mahasiswa melakukan pementasan teatrikal penyerbuan. Verrianto Madjowa