Kendati demikian, dirinya menyangkal jika Dinas Pendidikan tidak memperhatikan jumlah ruang kelas. Sampai saat ini, menurut dia, pembangunan ruang kelas dan infrastruktur sekolah masih terus dilakukan. Namun membludaknya jumlah anak sekolah tidak bisa menyaingi pembenahan yang dilakukan Disdik.
Tahun ini, misalnya, ada 10 titik sekolah yang dibangun dan ditambah ruang kelasnya. Ende mencontohkan di SD Negeri Buah Batu, SD Negeri Coblong, dan SD Negeri Ciroyom. Saat ditanya ihwal sekolah ngampar yang dialami SD Negeri Sukarela 1 dan 2 Kecamatan Panyileukan, Ende mengklaim pihaknya tidak bersalah. "SDN Sukarela itu pernah diajukan, hanya tidak memiliki lahan yang cukup. Pihak Bappeda Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan DPKAD (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) Kota Bandung hingga saat ini belum memberi tanggapan," katanya.
Adapun pengajuan untuk membangun sekolah sampai tiga lantai ditolak warga karena terlalu dekat dengan jalan raya. Perluasan pun sulit dilakukan karena terlalu berhimpitan dengan rumah warga. Bukan hanya pemerintahan yang turun tangan, di sana pun sempat ada penawaran dari pihak warga untuk membeli tanah, namun harganya belum cocok. "Sampai saat ini kami masih menunggu pihak DPKAD untuk bernegosiasi dengan warga," kata dia.
Mengenai kondisi pendidikan di Kota Bandung yang banyak menuai komentar saat ini, pihaknya membantah jika terjadi manipulasi informasi kepada anggota Dewan. "Kami selalu melaporkan apa yang terjadi, berapa sekolah yang rusak berat, ringan, atau yang sudah diperbaiki. Namun, kalau kualitas pendidikan sendiri memang tidak terpengaruh dengan itu," katanya.
PERSIANA GALIH
