Perilaku warga yang masih membuang sampah dan limbah rumah tangga ke sungai membuat sampah terbawa hingga menumpuk di Pantai Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang, Banten ini. Pantai Sepanjang 51 kilometer tercemar limbah plastik yang sulit terurai. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup mendorong pengelolaan sampah plastik agar lebih produktif dengan melibatkan masyarakat. Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan, sampah plastik dapat dikelola melalui keberadaan bank sampah.
"Adanya bank sampah ini penting. Karena selain menjadikan lingkungan lebih bersih, juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat," kata Balthasar di sela acara sosialisasi Konvensi Rotterdam, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa, 12 November 2013.
"Nilai ekonomis bank sampah ini dalam satu hari mencapai Rp 13 miliar sampai Rp 14 miliar. Belum lagi ada satu sampai dua juta orang bekerja di bank sampah," kata dia.
Oleh karena itu, pemerintah akan terus mendorong perkembangan bank sampah agar lingkungan menjadi bersih dan sehat bagi masyarakat Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup juga akan berupaya mengontrol penggunaan plastik agar tak mencemari lingkungan.
Selain pengelolaan sampah melalui keberadaan bank sampah, Bathasar juga optimistis nantinya sampah plastik dalam diolah menjadi bahan bakar. Sebagai tahap awal, ia meminta pihak industri mempelopori pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar.
Sutan Bhatoegana, Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bidang energi, teknologi, dan lingkungan hidup, mengatakan pemerintah Indonesia perlu meniru negara lain yang sudah lebih dulu memiliki teknologi maju dalam mengelola sampah.
"Ada teknologi dari Jerman bisa menampung sampah dan mengolahnya jadi macam-macam seperti jadi gas atau bahan beton. Kementerian Lingkungan Hidup perlu kerja sama dengan kota-kota besar untuk mengurangi sampah," kata Sutan. Pada saat ini, Batam dipilih menjadi kota proyek percontohan dalam pengembangan teknologi pengelolaan sampah dari Jerman tersebut.