Pengungsi Afganistan Jahit Mulut

Reporter

Editor

Selasa, 7 Desember 2004 12:29 WIB

TEMPO Interaktif, Mataram: Tiga warga Afghanistan pencari suaka politik di tempat penampungan Wisma Nusantara I Mataram melakukan aksi mogok makan lagi, dengan cara sama dengan yang pernah dilakukan 16 orang Afganistan, Januari 2004 lalu, yaitu dengan menjahit mulut. Mereka adalah Shaukat Ali, 30 tahun, Muhammad Reza, 20 tahun, dan Nikmatullah, 38 tahun yang sejak sekitar pukul 03.00 WIT, Selasa (7/12) menjahit mulut mereka, merekatkan bibir atas dan bawah dengan benang.Nikmatullah menutup kepalanya menggunakan selembar kain hitam agar wajahnya tidak terlihat sewaktu difoto atau dibidik kamera televisi. Alasannya, ia tidak mau diekspos karena sudah dua kali melakukan aksi tersebut. Sedangkan beberapa orang warga lainnya, ikut mendampingi dan menyediakan obat nyamuk guna menghalau nyamuk atau lalat yang beterbangan di sekitar mereka.Melalui selebaran yang disiapkan, ketiga pelaku meminta UNHCR (United Nation High Commission Refugees) memberikan perlindungan dan menerima mereka sebagai pengungsi agar bisa ditempatkan di negara ketiga. "Saya tidak akan pernah melepaskan jahitan di mulut saya. Kematian akan sangat membahagiakan saya," ujar Shaukat Ali.Ketiga pelaku mogok makan tersebut adalah diantara 47 orang warga Afganistan yang masih tersisa di Mataram dari jumlah semula yang lebih dari 200-an orang yang sejak lebih tiga tahun lalu berada di penampungan tersebut setelah dihalau pemerintah Australia di kepulauan Ashmore.Menurut Kepala Perwakilan International Organization for Migration (IOM) Indonesia Yong Lai Kong, warga Afganistan yang tersisa di Mataram sudah menjalani tiga kali wawancara dengan Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB. "Mereka tidak diberikan status pengungsi. Saya tidak tahu kenapa sebabnya," kata Yong Lai Kong kepada Tempo.Sebelumnya, awalnya ada 40 orang yang menerima status pengungsi dan ditempatkan di negara ketiga yang bersedian menerima mereka. Terakhir, November lalu, ada 20 orang yang diberangkatkan ke Jakarta untuk proses menunggu penempatan. Namun, juga ada yang bersedia pulang kembali ke negerinya.Hingga hari ini, masih ada 91 orang warga Afganistan dan Irak yang berada di tempat penampungan IOM di Mataram. Sebelumnya, Kamis (4/12) lalu, empat orang warga Vietnam dikirim ke Jakarta oleh Imigrasi untuk dideportasi ke negerinya. Sehari kemudian, Jumat (5/12), juga diberangkatkan ke Jakarta 20 orang warga Iran yang diberikan status pengungsi oleh Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB.Supriyantho Khafid - Tempo

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

26 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

36 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

51 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

5 April 2023

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

Larangan Taliban mendorong PBB meminta semua staf - pria dan wanita - untuk tidak masuk kerja selama 48 jam.

Baca Selengkapnya

Singgung AUKUS, Indonesia Ajak Australia Jaga Perdamaian Indo-Pasifik

10 Februari 2023

Singgung AUKUS, Indonesia Ajak Australia Jaga Perdamaian Indo-Pasifik

Indonesia desak Australia untuk bersama-sama menjaga perdamaian Indo-Pasifik, di tengah bayang kekuatan besar seperti China dan Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya