(ki-ka) Angger Pribadi Wibowo, GRA Nurabra Juwita, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas usai wisuda pangeran di pendopo Keraton Kilen, Yogyakarta, (12/8). Angger diwisuda menjadi pangeran bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Yogyakarta - Jalinan asmara putri Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro sudah berlangsung 10 tahun. Lantaran kisah kasih yang lama itu, hubungan Notonegoro dengan calon mertuanya juga dekat.
"Notonegoro sudah menganggap saya seperti ibunya sendiri. Dia sering curhat," kata permaisuri Keraton Yogytakarta, GKR Hemas saat ditemui di Keraton Kilen Yogyakarta, Jumat, 18 Oktober 2013.
Bahkan setelah beberapa tahun berhubungan, Hemas baru mengetahui bahwa ibunda Notonegoro, Nusya, adalah teman sekolah Hemas. Mereka sama-sama pernah bersekolah di SMP Tarakanita Jakarta Angkatan 1968.
"Jadi teman-teman reuni Tarakanita sampai menyebut pernikahan mereka itu pernikahan akbar Tarakanita," kata Hemas sambil tersenyum.
Lantaran sudah mengenal baik, Hemas pun cukup mengetahui kepribadian Notonegoro.
"Baik Hayu maupun Noto itu sama-sama cuek. Artinya, enggak suka ngerumpi," kata Hemas.