(ki-ka) Angger Pribadi Wibowo, GRA Nurabra Juwita, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas usai wisuda pangeran di pendopo Keraton Kilen, Yogyakarta, (12/8). Angger diwisuda menjadi pangeran bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO , Jakarta:Permaisuri Keraton Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Hemas memuji putri keempatnya, GKR Hayu sebagai anak yang lebih maju dan lebih pandai dalam pendidikan ketimbang empat putri lainnya. Hayu adalah putri Sultan Hamengku Buwono X yang akan menjalani perhelatan dhaup ageng atau pernikahan pada 21-23 Oktober mendatang.
"Dia lebih maju dan lebih pandai, khususnya dalam teknologi," kata Hemas saat ditemui di Keraton Kilen Yogyakarta, Jumat (18/10).
Cita-cita Hayu, menurut Hemas cukup besar, yaitu mengangkat keraton Yogyakarta di mata internasional. Salah satu yang sudah dilakukan Hayu adalah mengelola teknologi informasi sehingga informasi tentang keraton Yogyakarta bisa diakses dunia.
"Semua anak saya sudah jadi penghageng. Hayu di Tepas Mandrayekti," kata Hemas.
Hayu pun dinilai sebagai anak yang pendiam. Meski demikian, Hemas merasa Hayu selalu memperhatikan dirinya maupun Sultan. Terutama soal kesehatan.
"Saya pernah didesak untuk checkup jantung ke Singapura," kata Hemas.
Hayu mempunyai nama kecil Gusti Raden Ajeng Nurabra Juwita. Putri kelahiran 24 Desember 1983 itu telah menyelesaikan sekolahnya di Steven Insititute of Tecnology di Amerika Serikat di jurusan Ilmu Komputer dan Bournemouth University di Inggris jurusan Sistem Manajemen Informasi. Dia dipersunting Kanjeng Pangeran Notonegoro yang mempunyai nama kecil Angger Pribadi Wibowo asal Kudus, Jawa Tengah. Laki-laki kelahiran 27 Desember 1973 itu bertugas sebagai staf PBB di New York.