Polisi Lumpuhkan Tiga Pembalak Hutan
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Minggu, 6 Oktober 2013 19:55 WIB
TEMPO.CO, Tuban - Polisi menembak tiga orang pembalak liar saat mereka melakukan penjarahan bersama sekitar 200 orang di hutan Petak VIII Guwoterus, Mulyoagung, Montong, Tuban, Jawa Timur Minggu pagi 6 Oktober 2013. Tiga orang itu disebut-sebut sebagai koordinator pembalakan liar dalam tiga tahun terakhir ini di sejumlah hutan di wilayah Tuban.
Tiga orang itu adalah Parto Sakiran, 35 tahun; Sunoto, 34 tahun; dan Pono, 29 tahun. Ketiganya warga Desa Sido Nganti, Kecamatan Montong. Polisi menghadiahi timah panas ke bagian kaki karena mereka sempat melawan ketika hendak ditangkap.
Petugas mengamankan barang bukti berupa 26 potong kayu jati curian berumur rata-rata 50 tahun. Barang bukti itu masih berada di Petak VIII Guwoterus, Mulyoagung. Polisi juga menyita alat-alat pemotong kayu. "Pelaku penjarahan masih dirawat di rumah sakit Tuban," kata seorang anggota reserse.
Informasi yang dihimpun Tempo, pada Minggu dini hari sekitar 200 orang masuk Petak VIII. Parto, Sunoto dan Pono yang sudah masuk daftar hitam polisi ini berada di depan. Pembalakan ini kelanjutan dari aksi sebelumnya yang disertai penyekapan empat Polisi Hutan Parengan di Gua Terus tiga hari lalu.
Tetapi aksi penebangan liar ini sudah terendus aparat. Tim gabungan Polisi Hutan Parengan dan Kepolisian Resor Tuban merangsek ke Gua Terus. Sempat hendak melakukan perlawanan, para pembalak jadi ciut nyali saat polisi memberikan tembakan peringatan ke udara. Para pembalak pontang-panting menyelamatkan diri. Polisi melumpuhkan Parto, Sunoto dan Pono yang memang telah menjadi target operasi.
Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan Parengan, Daniel Budi Cahyono mengatakan, tiga orang yang ditembak polisi sudah menjadi incaran sejak kasus pencurian kayu pada 2010. "Mereka melawan, terpaksa ditembak,” ujar Daniel.
Pembalakan liar di daerahnya, kata Daniel, sudah cukup parah. Menurutnya, pada semester pertama 2012 Perhutani KPH Parengan kehilangan 1.044 pohon dengan kerugian mencapai Rp 980.363.000. Pada paruh pertama 2013 ini Perhutani sudah mengalami kerugian Rp 322.083.000 dari 664 pohon yang dicuri. "Tugas kami menjaga hutan cukup berat," kata dia.
SUJATMIKO