"Kalau saya bukan orang independen, kalau saya orang yang bisa disetir atau diintervensi oleh kekuatan-kekuatan lain, tidak mungkin tujuh orang (hakim) itu pilih saya. Memangnya mereka bodoh. Mereka hakim-hakim yang berpengalaman, beberapa guru besar malah." Akil Mochtar tentang gosip miring perihal dirinya, 5 April 2013. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar disebut-sebut dekat dengan awak media. Namun, pada Selasa, 1 Oktober 2013, atau sehari sebelum ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Akil sempat mengeluh saat dikejar wartawan Tempo untuk dimintai konfirmasi mengenai suatu kasus.
Kepada wartawan yang ada di ruang pers MK, Akil bercerita bahwa dia dikejar-kejar wartawan Tempo untuk dimintai komentar terkait suatu kasus. Dia lalu menunjuk headline Koran Tempo pada 1 Oktober 2013 yang berjudul "Dua Hakim Agung Disebut Minta Duit". "Tempo itu enggak enak dibaca dan enggak perlu," kata Akil sambil menunjuk berita itu.
Setelah itu, Akil menuturkan pengalamannya dikuntit oleh wartawan Tempo beberapa tahun lalu ketika namanya disebut-sebut meminta suap untuk memenangkan kasus pilkada di MK. "Waktu itu, anak saya diikuti. Padahal anak saya naik ojek," katanya.
Akil lalu mengeluhkan pemberitaan di Tempo yang sangat dipercaya publik. "Seakan-akan apa saja yang diberitakan Tempo sudah dianggap kebenaran di masyarakat," katanya marah.
Dia lalu bercerita bahwa kekecewaannya soal metode jurnalistik Tempo rupanya sampai juga ke telinga redaksi Tempo. Untuk itu, redaksi Tempo pun meminta waktu untuk mewawancarai Akil dan memberinya kesempatan untuk bicara. Tapi Akil mengakui permintaan Tempo itu dia tolak mentah-mentah. "Saya yakin enggak bakal dikutip sama Tempo. Jadi enggak usah wawancara saya saja," katanya.
Setelah berkomentar panjang soal Tempo, Akil kemudian melenggang ke ruang sidang. Keesokan harinya, dia ditangkap KPK.