Mun'im Idries dan Kasus Kontroversial
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Jumat, 27 September 2013 14:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sepak terjang Mun'im Idries dalam dunia forensik kriminal kerap kali bersinggungan dengan aparatur negara dan masyarakat. Namun ia tetap mempunyai alasan mengungkapkan yang benar. "Kalau fakta, ya, tak boleh disembunyikan," ucapnya.
Mun'im menghembuskan nafas di RSCM Jakarta, Jumat 27 Oktober 2013, karena kanker pankreas. Mun'im akan selalu dikenal sebagai ahli forensik yang menyingkap X-Files dengan sejumlah kontroversinya.
KASUS RELAWAN KORBAN PEMERKOSAAN 1998
Kebenaran tindakan forensik Mun'im Idries pernah digugat anggota masyarakat. Kejadiannya ketika ia menyelidiki Martadinata alias Ita, korban pembunuhan 9 Oktober 1998. Ita diduga sengaja dibunuh karena termasuk anggota relawan korban pemerkosaan kerusuhan Mei 1998. Namun polisi menyatakan Ita, 18 tahun, siswa kelas III Sekolah Menengah Umum Paskalis Jakarta menjadi korban kriminal murni.
Mun'im, yang mengotopsi jasad Ita, ketika itu mengungkapkan lewat hasil tes urine bisa disimpulkan Ita adalah pemakai narkotika. Bahkan selaput dara korban sudah terdapat bekas hubungan seksual seks sebelum kerusuhan 1998.
Kolega Mun'im, psikolog Sarlito Wirawan yang juga turut terlibat menegaskan, korban adalah pekerja seks. Tindakan Mun'im yang membeberkan hasil otopsi digugat keluarga korban karena dianggap tidak etis. Sementara Mun'im beranggapan ia harus meluruskan berita kematian Ita yang disebut disodomi dan dibunuh karena melindungi korban pemerkosaan 1998. "Ini soal transparansi. Kalau fakta, ya, tak boleh disembunyikan," ucapnya.
PENYEBAB KEMATIAN MARSINAH
Mun'im menyebutkan penyebab kematian aktivis buruh Marsinah yang berbeda dengan keterangan polisi. Versi polisi, Marsinah disekap oleh dua orang pelaku di rumah bos PT Catur Putra Surya (CPS) selama tiga hari. Marsinah dihajar oleh pelaku, Suwono dan Suprapto. Terakhir Suwono yang juga mantan marinir memaksa memasukkan kayu bulat 90 sentimeter ke kelamin Marsinah hingga aktivis itu tewas. Mayat Marsinah kemudian dibuang ke hutan.
Namun Mun'im menyebut penyebab lain kematian Marsinah. Luka di kemaluan Marsinah bukan karena tusukan balok kayu. "Luka Marsinah hanya di sekitar labia minora sebesar 3 sentimeter," ujar Mun'im. Luka itu bukan karena benda tumpul melainkan peluru yang ditembakkan. Ini hanya bisa disebabkan oleh proyektil yang melenting," kata ahli forensik itu.
MAHASISWA TRISAKTI BUKAN KORBAN PELURU NYASAR
Mun'im berhasil membuka tabir penembakan mahasiswa Trisakti pada 1998. Ketika itu Mun'im diminta Kepolisian Daerah Metro Jaya datang ke Rumah Sakit Sumber Waras untuk melakukan tindakan awal korban penembakan. Ketika itu Mun'im melakukan pemeriksaan forensik tanpa otopsi terhadap empat mahasiswa Trisakti, Hery Hartanto, Elang Mulya Lesmana, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Alifidin Royan. "Saya tidak melakukan otopsi,karena memang tidak ada perintah otopsi dan pihak keluarga juga tidak setuju," jelas Mun'im.
Kesimpulan forensik Mun'im menyebutkan kematian mahasiswa Trisakti bukanlah disebabkan oleh peluru nyasar. Menurut Mun'im, korban hanya terkena satu peluru yang ditembakkan dari jarak jauh yang mengenai organ vital yaitu kardiovaskuler, saraf, dan pernapasan. Lubang masuknya peluru pun kecil namun tempat peluru keluar cukup besar membuktikan peluru yang digunakan merupakan high velocity, atau peluru berkecepatan tinggi dan bersifat destruktif. "Kalau memang tujuannya bukan mematikan, mestinya mereka mengarahkan ke kaki," kata Mun'im.
PENYEBAB MENINGGALNYA NASRUDIN
Mun'im tiba-tiba mengejutkan dengan memberikan fakta yang berbeda tentang kematian Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Dalam keterangannya sebagai ahli untuk terdakwa Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Mun'im mengaku menolak ketika diminta menghilangkan data forensik kematian Nasruddin. Ketika itu Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian yang meminta penghilangan data itu. "Apa yang ada di dalam jenazah adalah kewenangan saya," kata Mun'im di persidangan 11 Desember 2009.
Mun'in berbeda pendapat dengan petugas kepolisian soal kronologi penembakan Nasrudin. Menurut Mun'im, peluru ditembak dari jarak jauh. Sedangkan versi polisi, peluru ditembakkan dari jarak dekat. Petugas laboratorium forensik kepolisian juga tidak terima Mun'im menuliskan ukuran proyektil peluru. Mun'im menulis ukurannya 9 milimeter.
EVAN | PDAT SUMBER DIOLAH TEMPO
Terhangat
Mobil Murah | Kontroversi Ruhut Sitompul | Mun'im Idris Meninggal
BeritA Terkait
Otobiografi Mun'im: Sepotong Jasad, Seribu Cerita
Ini Riwayat Kesehatan Mun'im Idris
Ini Penyebab Kematian Bung Karno Versi Mun'im
Mun'im Idris Meninggal Akibat Kanker Pankreas