Tak Kebagian Tiket, Massa Rusak Stasiun Cicalengka
Editor
Eko Ari Wibowo
Senin, 19 Agustus 2013 12:52 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Manajer Humas PT Kereta Api Daerah Operasi II Bandung Jaka Zarkasih membenarkan perusakan Stasiun Cicalengka oleh penumpang kereta komuter yang tidak kebagian tiket pada pukul 05.25 WIB. Menurut dia, perusakan fasilitas stasiun itu dipicu oleh calon penumpang kereta KRD Ekonomi Cicalengka-Padalarang yang hendak berangkat menumpang kereta pertama pagi. Di stasiun itu, PT Kereta Api membatasi kuota tiket KRD Ekonomi itu hanya 500 tiket. "Separuhnya calon penumpang yang tidak mendapat tiket merangsek masuk stasiun untuk memaksa menumpang kereta kendati tidak mengantungi tiket," kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 19 Agustus 2013.
Jaka menuturkan keributan di stasiun itu terjadi kurang dari setengah jam. Akibatnya, kaca sejumlah ruangan di Stasiun Cicalengka rusak, di antaranya kaca ruang kepala stasiun serta ruang petugas pengatur perjalanan kereta. Pelaku pengrusakan, kata dia, langsung kabur begitu melihat polisi datang.
Gara-gara kejadian itu, jadwal pemberangkatan kereta pertama, KRD Ekonomi Padalarang-Cicalengka, sempat molor. Kereta KRD Ekonomi Cicalengka-Padalarang pertama yang dijadwalkan berangkat 05.25 WIB akhirnya baru berangkat pukul 05.49 WIB. Polisi sempat mengamankan seorang pelaku perusakan stasiun itu. "Kita catat identitasnya dan kita serahkan ke Kepolisian," kata Jaka.
Jaka menuturkan, PT Kereta Api sengaja membatasi penjualan tiket penumpang kereta yang tiketnya mendapat subsidi pemerintah dari duit Public Service Obligation (PSO). Dengan pembatasan kapasitas angkut 150 persen dari kursi penumpang untuk kereta KRD itu, PT Kereta Api sengaja hanya membatasi penjualan tiket kereta di Stasiun Cicalengka hanya 500 tiket. Sisa tiket kereta itu penjualannya didistribusikan di semua stasiun yang menjadi perlintasan kereta ekonomi itu.
Menurut dia, kendati tiket terbatas, penumpang yang tidak kebagian tiket bisa menumpang kereta Patas rute yang sama, yang berangkat setelah kereta ekonomi itu. Harga tiketnya memang lebih mahal, tiket kereta KRD hanya Rp 1.500 sementara kereta Patas Rp 7 ribu per penumpang.
Jaka mengatakan, gara-gara pembatasan itu pihaknya dituding sengaja menggiring penumpang agar menggunakan kereta Patas yang tiketnya lebih mahal. "Pengertian masyarakat seolah-olah kita melakukan pembatasan ini agar penumpang menggunakan kereta Patas," kata dia.
Menurut dia, PT Kereta Api sudah memberikan subsidi untuk kereta ekonomi KRD Cicalengka-Padalarang. Jaka beralasan, subsidi pemerintah lewat kontrak pemberian dana PSO itu hanya diperuntukkan di lima gerbong kereta itu. Sementara PT Kereta Api mengoperasikan enam gerbong penumpang untuk kereta KRD Ekonomi Padalarang-Cicalengka. "Satu gerbong itu bonus dari PT Kereta Api," kata Jaka.
Tak hanya itu, mengacu pada aturan pembatasan kapasitas angkut, KRD Ekonomi masih membolehkan mengangkut penumpang tanpa tempat duduk maksimal 50 persen kapasitas kursi kereta. "Kita melaksanakan undang-undang. Kapasitas angkut ini sudah ditetapkan pemerintah melalui UU 27/2007 untuk menjamin keselamatan dan keamanan penumpang, harus ada batas maksimum untuk mengangkut. Untuk kereta jarak pendek 150 persen," kata Jaka.
Jaka mengatakan, perusakan Stasiun Cicalengka oleh penumpang merupakan kejadian pertama. Guna mengantisipasi berulangnya kejadian itu, PT Kereta Api meminta bantuan pengamanan dari polisi. "Antisipasi selanjutnya dengan penguatan pengamanan, kita mohon bantuan selain dari Polsuska, juga dari TNI dan Polri," kata dia.
AHMAD FIKRI