Sejumlah anggota TNI berjaga di Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan yang terbakar akibat kerusuhan, (11/7). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
TEMPO.CO, Medan - Kebakaran dan kerusuhan melanda Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan, Kamis malam 11 Juli 2013. Kerusuhan tersebut diduga dipicu pemadaman aliran listrik serta habisnya persediaan air untuk para tahanan dan narapidana.
Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, Safawi, kerusuhan terjadi saat beberapa narapidana sedang bersiap-siap berbuka puasa. Saat semua orang sibuk mempersiapkan menu buka puasa, "Ada narapidana yang membakar kertas dan peralatan yang mudah terbakar," kata dia. Belum diketahui motif pembakaran tersebut.
Kepada Tempo, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Komisaris Besar Heru Prakoso, mengatakan aliran listrik dan persediaan air di lapas Tanjung Gusta habis sejak Kamis pagi pukul 05.00.
Para penghuni lapas pun resah dan sore harinya mulai berontak. Sebagian dari mereka lalu membakar ruang kantor sipir. Setelah api membesar, sekitar 200 dari 2.599 warga binaan lapas melarikan diri. "Sebanyak 15 di antaranya diduga tahanan kasus terorisme," kata Heru.
Hingga tengah malam, narapidana masih melempari polisi dan tentara dengan botol dari dalam lapas. Kabarnya, empat orang tewas dalam insiden ini.
Kepala Polda Sumatera Utara Inspektur Jenderal Syarief Gunawan mengatakan polisi dan tentara terus mengejar narapidana yang kabur. Narapidana yang kabur--termasuk satu pelaku teroris-- sudah tertangkap. Beberapa polres di Sumatera Utara, kata Syarief, sudah menyekat pergerakan narapidana yang diperkirakan kabur. "Semua kapolres sudah saya perintahkan bergerak menyekat pelarian para narapidana, termasuk narapidana teroris yang masih dikejar,” kata Syarief.
Pada Jumat pagi 12 Juli 2013, sebanyak 700 polisi dan tentara masih berjaga di lapas Tanjung Gusta. Api dipadamkan oleh 15 mobil pemadam kebakaran, yang juga masih berjaga untuk mengantisipasi munculnya api.
