TEMPO Interaktif, Singaraja: Akibat kemarau panjang, empat danau di Bali mengalami penyusutan yang cukup tajam. Menurut Sudiarsa dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, penyusutan air di empat danau mencapai 5 meter dari keadaan normal. "Yang terparah terjadi pada dua danau yang terdapat di Buleleng ; Danau Buyan dan Tamblingan. Kata orang, ini merupakan siklus 10 tahunan, ujarnya. Selain Danau Buyan dan Tamblingan, dua danau lainnya : Beratan di Tabanan dan Batur di Kintamani. Untuk memecahkan masalah kebutuhan air di daerah tersebut Pemerintah Provinsi Bali mengundang Japan International Corporation Agency (JICA). Selasa (19/10), Sudiarsa bersama sejumlah konsultan JICA berada di Singaraja guna menginventaris masalah air yang dihadapi oleh Kabupaten Buleleng. Masalah air yang menjadi perhatian adalah air untuk konsumsi maupun untuk pertanian. Kabupaten Buleleng merupakan salah satu daerah yang terbatas curah hujannya maupun sumber-sumber air yang tersedia. Beberapa laporan dari pedesaan menyebutkan, penduduk Buleleng mulai kesulitan air untuk konsumsi. Kesulitan air itu diperparah lagi dengan pembabatan hutan yang semakin mengganas di sejumlah kawasan yang disebut sabuk hijau (green belt). Pembatatan hutan yang parah terutama terjadi di dekat Danau Tamblingan dan Buyan. Sehingga banyak kalangan menilai susutnya permukaan air di dua danau itu bukan saja merupakan siklus 10 tahunan, tapi akibat lingkungan sekitarnya semakin gersang.Bupati Buleleng, Putu Bagiada, mengaku sudah mengetahui adanya penurunan permukaan air Danau Buyan dan Tamblingan. Namun pihaknya tidak banyak berbuat banyak, selain terus-menerus mendorong kesadaran masyarakat untuk tidak menebangi hutan. Upaya yang bisa kami lakukan adalah menyadarkan masyarakat agar mereka tidak menggunduli kawasan hutan. Sebab kelestarian hutan sangat erat hubungannya dengan ketersediaan air, ujar Bupati Bagiada.Rombongan tersebut sebelum ke Buleleng, sudah mengunjungi Kabupaten Karangasem. "Setelah Buleleng, kami akan ke Jembrana dan terakhir Denpasar, semuanya melibatkan enam kabupaten, kata Sudiarsa. Usai melakukan sejumlah pertemuan akan dilakukan studi kelayakan sehingga dapat disusun sebuah master plan untuk diajukan kepada Pemerintah Jepang guna mendapat hibah. Dari studi kelayakan sampai terwujudnya master plan diperlukan waktu sekitar 6 bulan, ujar Sudiarsa. ** Made Mustika