Jenazah Abu Roban seorang dari tiga tersangka teroris dibawa ke Jakarta dengan ambulan DVI seusai diotopsi di RS Bhayangkara, Semarang (9/5). Tempo/Budi Purwanto)
TEMPO.CO, Jakarta - Penanganan teroris di Indonesia lebih menekankan pemberantasan, tetapi kurang pencegahan. Akibatnya pendekatan yang dilakukan pemerintahan yaitu hanya mengatasi saban peristiwa itu terjadi. Tidak dicari akar-akarnya kenapa terjadi terorisme.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y. Thohari mengatakan, pemerintah cenderung memberantas teroris dengan pendekatan kekerasan, misalnya penembakan langsung di tempat. Sementara metode seperti itu tidak tepat sasaran. "Ditembak satu muncul 10," kata dia di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat 10 Mei 2013.
Menurut dia, jika pemerintah menerapkan metode deradikalisasi dengan memberikan pemahaman Islam moderat, dirasa tidak tepat metode tersebut. Sumber terorisme tidak hanya pemahaman sempit akan teologi radikal dari agama tertentu. Tapi kata dia, banyak faktor yang menyebabkan munculnya terorisme.
Dia menyatakan faktor kemiskinan, kesenjangan sosial, pengangguran, penegakan hukum yang lemah, dan lainnya juga sebagai penyebab terorisme. "Bukan hanya pemahaman agama yang sempit," ujar dia