Sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Senin (4/5). Dalam aksi damai ini mereka menilai kinerja KPU gagal dalam pelaksanaan Pemilu Legeslatif 2009.TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Suasana politik Indonesia sepanjang tahun ini dinilai berada dalam keadaan tak menentu. Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Ari Nurcahyo, menyebut, konstelasi yang terjadi saat ini adalah politik sungsang.
"Suasananya terbolak-balik, seperti puzzle, tak jelas mana pemerintah, mana publik," katanya dalam diskusi Analisis Politik 2012 di Jakarta, Selasa, 18 Desember 2012.
Menurut Ari, sepanjang 2012 publik dihadapkan pada elite-elite politik yang sibuk dengan upaya meraih kekuasaan. Arus deras yang terjadi adalah politik berkuasa, tapi absen pada politik bernegara. Dia mencontohkan buruknya penerapan sistem presidensial yang diterapkan pemerintah. Meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengantongi suara sampai 60 persen, pemerintahan tak berjalan dengan efektif.
Pemerintah juga dinilai gagal melahirkan kebijakan publik yang tak membawa perubahan signifikan. Di parlemen, kesungsangan politik juga terlihat dari beragamnya kasus yang terungkap di Senayan. Mulai dari kasus pornografi, korupsi, dan pelanggaran etika. Keadaan di Senayan ini melahirkan citra bahwa DPR itu tempat politikus mencari nafkah, bukan tempat memperjuangkan kepentingan negara. "Kondisi di DPR ini sudah bolak-balik, dan tidak jelas bentuknya."
Ari berharap pada 2013 nanti, tepatnya setahun menjelang pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden, para elite, baik di pemerintahan, parlemen dan partai politik, bisa berbuat lebih banyak untuk negara. "Jangan ada lagi lapisan elite yang saling berperkara, dan harus lebih fokus pada rakyat," tuturnya.