Pengurusnya Tersangkur Kasus Gula Ilegal, PSSI Diragukan Berprestasi
Reporter
Editor
Kamis, 8 Juli 2004 13:44 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengamat sepakbola Jawa Timur Agil H. Ali pesimisme Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dapat berprestasi di Piala Asia sementara para petingginya tengah tersangkut kasus gula ilegal. "Masalah ini rawan, sangat rawan, karena menyangkut bos-bos PSSI," kata Agil dengan gaya khasnya yang berapi-api saat dihubungi Tempo News Room, Kamis (8/7) siang.Agil yang menjabat manajer tim nasional Indonesia, dikenang sukses membawa Ronny Wabia dkk meraih prestasi gemilang dalam Piala Asia 1996 di Abu Dhabi. Ia menerangkan, pengaruh faktor non-teknis amat besar dalam sepakbola. "Ada guncangan sedikit saja, pasti berpengaruh pada tim," paparnya. Bahkan, ia berani menguraikan, dalam persepakbolaan Indonesia, faktor non teknis memegang peranan sampai 70%. "30% sisanya baru soal teknis," tambah mantan Ketua Harian Mitra Surabaya, tim eks galatama kebanggaan Surabaya yang kini sudah almarhum itu.Untuk itu, Agil mengingatkan, PSSI harus segera bertindak. Meski ia tak menjawab, apakah itu berarti pengurus teras PSSI yang terlibat perkara pidana harus di-nonaktifkan, Agil menyerukan, "Perlu ada evaluasi besar di tubuh PSSI karena kasus ini!"Dalam kaitan yang sama, Ketua Pengda PSSI Jatim Dhimam Abror menyatakan keprihatinannya atas perkembangan perkara gula ilegal yang kemudian menyeret beberapa pengurus teras PSSI. Selain Ketua Umum PSSI yang Direkrut Induk Koperasi Nurdin Halid, yang akan diperiksa dalam kasus itu yakni Ketua Bidang Timnas PSSI Mohammad Zein, yang juga Kepala Sub Direktorat Intelijen Bea dan Cukai. Selama ini, Zein memang dikenal sebagai karib akrab Nurdin."Pasti akan terjadi perpecahan dalam persiapan PSSI menuju Piala Asia di China. Apapun, mereka ini orang-orang kunci di PSSI," kata Abror. Agus Raharjo ? Tempo News Room
Harga Gula Kian Melonjak, Kepala Badan Pangan Minta Impor Secepatnya Masuk
16 Oktober 2023
Harga Gula Kian Melonjak, Kepala Badan Pangan Minta Impor Secepatnya Masuk
Badan Pangan Nasional mengatakan salah satu penyebabnya adalah realisasi impor gula yang rendah. Berdasarkan catatan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, tutur Arief, realisasi impor gula saat ini hanya 26 persen.