Aktivis Minta Sultan HB X Hentikan Sirkus Lumba-lumba  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Senin, 10 Desember 2012 13:55 WIB

Atraksi lumba-lumba di wahana Dolphin Bay merupakan tontontan paling digemari pengunjung Taman Safari Indonesia II Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Tempo/ABDI PURMONO

TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivis perlindungan hewan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Animal Friends Jogja (AFJ) mengkampanyekan perlindungan terhadap lumba-lumba, Senin, 10 Desember 2012. Pada aksinya, mereka mengusung patung lumba-lumba untuk menarik perhatian pengguna jalan di depan komplek kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dua patung lumba-lumba dari bahan resin diletakkan di atas trotoar dengan posisi berenang, tapi ekornya terikat rantai dengan bandul besi. Suara mencicit lumba-lumba terdengar dari tiga pengeras suara. Satu unit monitor LCD menampilkan videografi kehidupan lumba-lumba, mulai dari penangkaran hingga menjadi hewan tontonan di arena sirkus.

Ada dua pertunjukan menggunakan lumba-lumba yang digelar di Yogyakarta, yakni di Pasar Malam Sekaten dan Lapangan Denggung Sleman. “Lumba-lumba itu dipaksa tampil sampai lima kali dalam sehari. Padahal, acara itu digelar selama masing-masing 58 hari dan 30 hari. Ini jelas penyiksaan dengan dalih hiburan dan pendidikan," kata Program Manager Animal Friend Jogja, Angelina Pane .

Pertunjukan sirkus itu seringkali dianggap legal karena pengelola sirkus mensiasati Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan dalih pendidikan. “Jika pendidikan yang ditawarkan, seharusnya ada muatan informasi yang benar kepada publik tetang keberadaan lumba-lumba. Juga tidak menggunakannya dalam suatu pertunjukan berulang-ulang,” kata koordinator Jakarta Animal Aid Network, Pramudya Harzani.

Angelina Pane mengatakan, Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan tujuan wisata terus menjadi pasar potensial para korporat sirkus satwa berbagai daerah mengeruk untung lewat atraksi lumba-lumba. “Yogyakarta adalah Kota Pendidikan. Jangan mau pemerintah dibodohi dengan aksi pembodohan ini. Kami meminta izin pertunjukan dicabut atas nama perlindungan satwa,” kata dia.

Dalam aksi itu, para aktivis pun menyampaikan surat kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berisi penolakan atraksi lumba-lumba di DIY. Surat itu disertai testimoni dukungan dari 90 ribu tandatangan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Menurut Pramudya Harzani, maraknya sirkus lumba-lumba memicu perburuan liar lumba-lumba di perairan Laut Jawa, terutama sekitar pulau Karimun Jawa. “Sekitar 90 persen lumba-lumba yang dipakai sirkus di Indonesia dari Karimun Jawa,” katanya. Ini bukan aksi pertama soal ini di Yogya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terpopuler lainnya:
Andi Mallarangeng Terkenal Kikir
Apa Untungnya Kalau Rhoma Irama Jadi Presiden

Bupati Aceng Nikahi Shinta, Pestanya Meriah

Abraham Sebut Andi Mallarangeng Kesatria Bugis

Jasad Perawat Kate Middleton Akan Dibawa ke India

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

9 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

13 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

49 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

53 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

57 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya