TEMPO.CO, Yogyakarta - Seorang sopir, Sudiyana, 43 tahun, yang mengaku dianiaya seorang anggota Brigade Mobil (Brimob) Detasemen B Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta dirujuk ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Rumah Sakit dr YAP Yogyakarta untuk mengobati luka pada kepala dan matanya. "Saya dihajar karena salah paham," kata Sudiyana, Kamis, 8 November 2012.
Warga Dusun Tegowanu, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo ini menjelaskan penganiayaan terjadi di warung Kaligalang, Kaliagung, Sentolo pada Senin lalu. Menurut Sudiyana, saat itu dia dan temannya sedang mengobrol dengan anggota Brimob berinisial J yang sudah dia kenal. “Entah tersinggung dengan omongan saya, J langsung menghajar saya,” katanya.
Sudiyana menjelaskan, tidak ada yang berani menghentikan penganiayaan itu. Sebab, katanya, orang yang ada di warung itu tahu J anggota Brimob. Setelah menganiaya, J kemudian meninggalkan Sudiyana. Warga yang ada di warung itu membawa Sudiyana ke puskesmas, dan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Wates. "Ada lima jahitan di pelipis," kata dia.
Keluarga Sudiyana kemudian melaporkan tindakan penganiayaan itu ke Kepolisian Resor Kulon Progo sehari setelah penganiayaan. Sudiyana berharap setelah dilaporkan ke polisi, kasus ini segera diselesaikan secara hukum. Sebab, kata Sudiyana, selama sakit dia tidak bisa bekerja sebagai sopir angkutan umum jurusan Wates-Sentolo. “Untuk kebutuhan pengobatan dan menghidupi istri dan kedua anak, saya harus mengutang,” ujar Sudiyana.
Kepala Kepolisian Resor Kulon Progo, Ajun Komisaris Besar K Yani Sudarto, menyatakan, pihaknya sudah menerima laporan penganiayaan oleh anggota Brimob itu. Namun, laporan itu diteruskan ke atasan J di kesatuannya. "Kasusnya kami serahkan ke Detasemen Brimob," kata dia.
Sebelum terjadinya kasus ini, terjadi kasus penganiayaan yang diduga melibatkan polisi di Gunungkidul, Yogyakarta, terhadap Rezza Eka Wardhana, 16 tahun. Setelah dirawat di rumah sakit dalam keadaan koma, Rezza akhirnya meninggal.
MUH SYAIFULLAH
Berita terkait
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024
13 hari lalu
Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum
Baca SelengkapnyaPrajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat
29 hari lalu
Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.
Baca SelengkapnyaAmnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum
35 hari lalu
Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer
6 Oktober 2021
Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.
Baca SelengkapnyaSerial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan
16 September 2021
Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.
Baca Selengkapnya2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf
27 Juli 2021
TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.
Baca SelengkapnyaJokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua
5 Juli 2018
Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini
8 Juli 2017
Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.
Baca SelengkapnyaTampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks
8 Juli 2017
Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara
8 Juli 2017
Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."
Baca Selengkapnya