Penyidik KPK, Novel ketika bersaksi untuk Muhammad Nazaruddin di Pengadilan TIndak Pidana Korupsi, Jakarta, (12/3). TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto menegaskan bahwa kisruh seputar penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan simulator alat uji Surat Izin Mengemudi melahirkan banyak hikmah.
Meskipun kasus itu sempet merembet ke upaya kriminalisasi penyidik KPK, Komisaris (Pol) Novel Baswedan, Bambang menilainya dari sisi positif.
“Bagi saya, justru peristiwa itu menandakan telah lahir generasi baru polisi. Novel--yang baru berpangkat komisaris, bukan jenderal--menjadi figur yang mewakili generasi tersebut,” katanya, dalam wawancara yang dimuat majalah Tempo pekan ini.
Setelah kasus kriminalisasinya terungkap, publik memang spontan berdiri di belakang Novel Baswedan dan mendukungnya untuk terus mengusut kasus korupsi. “Dukungan publik kepada Novel dan apresiasi yang diberikan oleh media semestinya membuat kepolisian bangga,” kata Bambang.
Menurut dia, selama ini publik dan media belum pernah memberikan dukungan dan pemberitaan positif pada seorang polisi, seperti Komisaris (Pol) Novel Baswedan. “Polisi yang baik itu tidak hanya dibanggakan oleh polisi, tapi diidamkan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” katanya.
Air keras disiramkan ke wajah Novel Baswedan. Patut diduga, otak pelakunya berkeinginan agar Novel roboh dan KPK rapuh. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Novel Baswedan adalah ikon di KPK. Karena itu, menyerang Novel berarti pula menggempur KPK.