TEMPO.CO, Jambi - Akibat kabut asap yang kian pekat menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya, pesawat tidak bisa mendarat di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, terutama pada pagi hari.
"Kondisi seperti ini sudah berlanjut sejak Sabtu pekan lalu hingga hari ini. Pesawat tidak bisa mendarat di Jambi, terutama pada pagi hari, karena jarak pandang di bawah 1.000 meter," kata Manajer Operasional Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, Alzog, kepada Tempo, Kamis, 20 September 2012.
Menurut Alzog, hampir tiap hari ada saja pesawat yang gagal mendarat. Kamis pagi tadi, Lion Air dari Jakarta tidak bisa mendarat dan terpaksa mengalihkan pendaratan ke Bandara Sultan Mahmud Badarudin Palembang.
Walau demikian, kata Alzog, aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Sultan Thaha Syaifuddin tidak berkurang, yakni 13 kali penerbangan per hari.
Berdasarkan hasil pantauan satelit NOAA, titik panas (hot spot) yang terpantau di Provinsi Jambi pada Rabu kemarin tercatat berjumlah 65 titik. Hot spot tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Jambi. Jumlah tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan sehari sebelumnya, yaitu mencapai 122 titik.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi Zubaidi AR menjelaskan berkurangnya jumlah hot spot karena Pemerintah Provinsi Jambi telah meminta kepada seluruh bupati untuk mengambil tindakan mencegah warganya melakukan pembakaran lahan dan hutan.
Zubaidi juga menjelaskan bahwa kegiatan penaburan garam di atas udara Provinsi Jambi untuk menciptakan hujan buatan masih terus dilakukan hingga 14 hari mendatang. “Jika memang, setelah habis masa waktunya, hujan buatan dianggap masih perlu diperpanjang, kami akan mengusulkannya kepada pemerintah pusat," ujarnya.