Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 4)
Editor
Kodrat setiawan
Senin, 3 September 2012 14:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan antara penganut Sunni dan Syiah bukanlah hal baru. Konflik ini telah berjalan ribuan tahun. Lokasi bentrokan tak cuma di Indonesia saja, melainkan juga banyak negara. Karenanya, cendekiawan Jalaluddin Rakhmat menyatakan konflik Sunni-Syiah bukan problem lokal atau nasional. Melainkan permasalahan internasional.
Ketika Tempo berkunjung ke kediamannya, Kamis, 29 Agustus 2012, lelaki yang biasa disapa Kang Jalal ini bercerita soal Syiah di Indonesia. Mulai dari proses penyebaran, konflik, cara beribadah, hingga ancaman yang kerap diterima pengikut Syiah. Dan ini perbincangan bagian keempat antara wartawan Tempo: Choirul Aminuddin, Erwin Zachri, Cornila Desyana, dan Praga Utama dengan Ketua Dewan Syuro ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia itu.
Sejak kapan konflik terhadap Syiah muncul?
Waktu pengikut Syiah mulai tertarik fikih. Konflik pertama terjadi pada 2000 lalu di Batang, Jawa Tengah. Waktu itu pesantren milik Ustad Ahmad B diserbu massa usai salat Jumat. Tapi itu hanya percikan kecil. Pelaku ditangkap polisi, dan sampai sekarang umat Syiah dan Sunni hidup rukun di sana.
Setelah itu, ada juga perseteruan di Bangil, Bondowoso, atau Pasuruan, tapi skalanya kecil. Karena polisi bertindak tegas, konflik langsung menurun. Sampai sekarang tak terjadi lagi.
Konflik di Sampang, sudah sejak kapan?
2004 lalu. Kemudian di 2006 dan Desember 2011.
Kenapa Syiah di Sampang sering menjadi sasaran serangan?
Pertama, karena jumlah mereka sedikit, 700 orang. Kedua, penganut Syiah di sana kondisinya lemah, terutama dari segi ekonomi. Sedangkan si penyerang mendapat kucuran dana dari luar desa untuk menyerang. Ketiga, sikap pemerintah yang terkesan mendorong penyerangan itu. Buktinya, tiga kali penyerangan, polisi tak langsung menangkap si pelaku. Malah Ustad Tajul Muluk, yang diserang, mereka tangkap. (Baca Polri Bantah Lambat Tangani Kasus Sampang)
Apa dampak fatwa Syiah sesat dari Majelis Ulama Indonesia di Jawa Timur?
Fatwa itu juga memperkeruh suasana. Karena di Madura, pendapat kiai itu sangat didengar. Preman saja patuh pada kiai. Apalagi Menteri Agama sempat satu suara akan fatwa itu. Maka halallah darah umat Syiah. Orang sesat harus disingkirkan, begitu pikir mereka. Jadi ucapan Menteri itu sangat berpengaruh pada penegakan hukum di Sampang.
Apa benar konflik di Sampang dipicu masalah keluarga antara Ustad Tajul Malik dengan adiknya, Roisul Hukama?
Semuanya bilang begitu. Tapi sesungguhnya, konflik berdasarkan agama itu sudah ada sejak lama. Jadi bukan masalah agama yang mengatasnamakan keluarga, melainkan perseteruan aliran pada agama yang memperalat problem keluarga. (Baca lengkap di: Karena Fikih, Konflik Syiah Mulai di Indonesia)
Baca juga:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 1)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 2)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 3)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 4)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 5)
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)
CORNILA DESYANA
Berita lain:
Pengungsi Syiah Sampang, Madura, Terserang Tomcat
Tabuik, Warisan Syiah tanpa Syiah
Kang Jalal pun Diancam Mati
Kang Jalal Tak Setuju Relokasi Warga Syiah, Madura