TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla, mendukung rencana pemerintah untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara serentak. "Sejak 2005, Golkar sudah ajukan itu ke DPR. Tapi waktu itu belum ditanggapi," kata dia di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu, 25 Agustus 2012.
Saat itu, Kalla menjelaskan, Partai Golkar memiliki beberapa pertimbangan untuk mengusung rencana pemilihan kepala daerah serentak. Antara lain masalah efisiensi dan menghindari terjadinya banyak masalah sosial. Soalnya, jika setiap tiga hari ada pilkada di Indonesia, akan menimbulkan berbagai masalah.
"Itu pasti masalah biayanya, masalah sosialnya, dan masalah politiknya tinggi sekali," ujar mantan Wakil Presiden 2004-2009 ini. "Dan sepertinya kita ini hanya berbicara terus tentang pilkada, kan?"
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyetujui rencana pemilihan kepala daerah serentak. "Tadi saya sudah lapor Presiden. Beliau setuju, silakan diatur," kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi setelah melapor ke Presiden di Istana Negara, Kamis lalu.
Menurut Gamawan, Presiden mengatakan penyelenggaraan pemilu kepala daerah lebih efisien jika dilakukan secara serentak. Selain efisiensi waktu, biaya juga jauh lebih hemat jika pemilihan gubernur dan wali kota dilaksanakan secara serentak.
Dengan persetujuan Presiden ini, perincian pengaturan rencana pemilihan kepala daerah secara serentak akan dibahas melalui pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah, antara Kementerian Dalam Negeri dan Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat.
PRIHANDOKO
Berita terkait
Fadli Zon: Calon Kepala Daerah dari TNI/Polri Belum Tentu Tegas
6 Januari 2018
Soal perwira TNI/Polri yang terjun ke dunia politik lewat Pilkada menurut Fadli Zon tak menentukan ia akan tegas dalam memimpin.
Baca SelengkapnyaJenderal Ikut Pilkada, Ahli Pertahanan: Aturannya Berantakan
6 Januari 2018
Jika merujuk pada UU Pilkada, anggota TNI, personel Polri, dan pejabat negara lain tidak perlu mundur dari jabatannya saat akan mencalonkan diri.
Baca SelengkapnyaPengamat: Jenderal Ikut Pilkada karena Kaderisasi Partai Gagal
6 Januari 2018
Keputusan mengusung calon bukan kader partai dalam pilkada akan menimbulkan konsekuensi. Di antaranya sulit dikontrol dan diawasi partai.
Baca SelengkapnyaGolkar Resmi Usung Bima Arya dan Direktur KPK di Pilkada Bogor 2018
6 Januari 2018
Wali Kota Bogor Bima Arya mengaku memilih Dedie dengan menilai sisi personal wakil yang digandengnya dalam pilkada Kota Bogor.
Baca SelengkapnyaEmpat Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur NTB Siap Bertarung
5 Januari 2018
Satu wajah baru dan tiga pejabat lama akan bertarung memperebutkan kursi Gubernur NTB pada Pilkada serentak Juni 2018 mendatang.
Baca SelengkapnyaPilkada, BI Kaltim Prediksi Peredaran Uang Palsu Meningkat
4 Januari 2018
BI Kaltim memprediksi peredaran uang palsu meningkat bersamaan dengan Pikada.
Baca SelengkapnyaGerindra Punya Syarat Sebelum Calonkan Moreno di Pilkada Jatim
27 Desember 2017
Banyak pihak meragukan kemampuan politik kader Gerindra yang juga atlet balap Moreno. Namun, Gerindra tidak ragu sedikit pun.
Baca SelengkapnyaKaleidoskop 2017: Setelah Pilkada Rasa Sara dan Politik Identitas
26 Desember 2017
Politik identitas masih membayangi Pilkada 2018, terpilihnya Anies-Sandi mencerminkan adanya polarisasi di masyarakat.
Baca SelengkapnyaPilkada 2018 Diprediksi Meningkatkan Daya Beli Masyarakat
17 Desember 2017
Kebijakan moneter yang telah dimulai sejak tahun ini dan kebijakan pemerintah untuk 2018 akan mampu menopang penguatan daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaKetua PSSI Nyalon di Pilkada Sumatera Utara, Ini Kata Kemenpora
22 November 2017
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi akan maju dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023.
Baca Selengkapnya