TEMPO.CO , Yogyakarta Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meresmikan prasasti lonceng hymne Gadjah Mada yang berada di kompleks Fakultas Teknik.
Prasasti lonceng yang terdiri dari sebelas lonceng bergantungan menjuntai mirip kromosom DNA itu mampu mengeluarkan bunyi-bunyian seperti nada seperti lagu Hymne Gadjah Mada. Prasasti lonceng ini sendiri merupakan ide lama yang muncul 12 tahun silam dan mulai dibuat pada delapan tahun lalu di masa kepemimpinan rektor Ichalsul Amal.
“Ide itu muncul saat saya jadi rektor sekaligus ketua Kagama (Keluarga Gadjah Mada)," kata Ichlasul saat mendampingi Rektor UGM Pratikno di sela peresmian di Kampus UGM, Jum'at, 6 Juli 2012. "Untuk membangunnya saat itu kami mengumpulkan dana dari sumbangan alumni."
Ichalsul menceritakan idenya membuat lonceng muncul ketika dirinya melawat ke negeri kincir angin Belanda. Di sana dia mendengar ada bel dan lonceng yang selalu berbunyi dan membangkitkan semangat.
Kejadian itu kemudian menginspirasi dirinya dan mengajak seorang pengrajin logam alat musik di Yogyakarta untuk membuat lonceng. Namun, belum semua dana sumbangan yang dibutuhkan terkumpul, Ichlasul sudah tidak lagi menjabat rektor dan ketua Kagama, sehingga pembuatan lonceng mandeg.
Pembuatan lonceng tersebut baru dimulai kembali tahun ini setelah dana mencukupi. Lonceng itu memiliki tinggi 6,6 meter dan diameter tiga meter. Lonceng dibangun dan dikerjakan oleh tim mahasiswa Diploma Teknik mesin UGM dalam tempo tiga minggu.
Agar lonceng bisa berbunyi, mahasiswa menggunakan peralatan mesin pneumatic yang berfungsi sebagai memukul lonceng. Sedangkan untuk mengaransemen lagu hyme Gadjah Mada dan mengatur kontrol pneumatic pemukul loceng, digunakan PLC (prograammable logic controler).
Untuk peralatan otomatis dan peralatan PLC diperoleh dari sumbangan PT SMC Indonesia. Kendati prasasti lonceng bergantung ini tidak dibangun di Boulevard seperti cita-cita awalnya, namun Ichlasul selaku penggagas mengaku sudah sangat senang karena idenya 12 tahun silam akhirnya bisa terealisasi.
