TEMPO.CO , Jayapura: Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua Yunus Wonda meminta TNI berhenti mengejar pelaku penembakan yang menewaskan seorang kepala desa di Kabupaten Keerom, Ahad, 1 Juli 2012.
“Sebaiknya dihentikan, karena pengejaran itu telah mengakibatkan warga ketakutan,” kata Wonda, Jumat, 5 Juli 2012.
Ia mengatakan, kekacauan yang dilakukan kelompok bersenjata sewajarnya dibersihkan. “Namun jangan sampai menimbulkan dampak yang mengarah pada tidak terjaminnya rasa aman masyarakat. Warga itu tidak tahu apa-apa. Kalau mereka yang dikorbankan, ini tidak adil,” ujarnya.
Terkait penawaran OPM akan meletakkan senjata apabila digelar perundingan internasional membahas status Papua, Wonda menegaskan, aspirasi tersebut patut dijawab. “Ini bukan baru, sudah dari tahun 70-an, dari dulu masyarakat Papua minta merdeka, tapi selalu ditekan. Kalau penawaran itu ada sekarang, mengapa tidak ditinjau,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pemerintah tak perlu takut dengan ancaman Papua bakal merdeka. “Kita hanya butuh dialog. Ini bukan bicara Papua harga mati atau NKRI harga mati, ini bicara menyangkut masa depan orang Papua dan Indonesia, kalau pemerintah selalu menutup diri, aspirasi itu akan terus ada di tiap generasi.”
Koordinator Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Lambert Pekikir menyatakan siap meletakkan senjata asalkan digelar sebuah pertemuan internasional membahas masalah Papua. “Kita minta jawaban Indonesia di dalam pertemuan itu. Kalau sudah selesai status Papua, OPM siap letakan senjata,” kata Lambert.
OPM lanjutnya, tak gentar dengan ancaman TNI dan Polisi bakal meringkus mereka. “Takut apa, perjuangan memang harus ada korban. Kalau berani, datang saja ke markas,” ujarnya lagi.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Bigman L. Tobing berjanji tak akan membiarkan kelompok bersenjata merongrong kesatuan berbangsa dan bernegara. “Kita mau ringkus ini, kita akan gulung itu semua, kita sudah sepakat dan siap melaksanakan,” kata Bigman Tobing.
Sebelumnya dari penyisiran aparat gabungan TNI Polri setelah penyerangan OPM 1 Juli lalu di Keerom, aparat menemukan sebuah senjata api rakitan laras panjang serta sebilah parang. Penyisiran dipimpin oleh Asintel Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Imam Santoso.
JERRY OMONA
Berita terkait:
Polisi Kantongi Penembak Kepala Desa di Papua
100 Tentara Bantu Amankan Papua
SBY: Status Papua Sudah Final
Satu Anggota Brimob Tertembak di Freeport
Lagi, Seorang Anggota Brimob Ditembak di Timika
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya