6 Tahun Lumpur Lapindo, Dampak Sosial Terbengkalai

Reporter

Editor

Selasa, 29 Mei 2012 05:11 WIB

Seorang warga melihat pusat semburan dari atas menara pantau di titik 29, desa Besuki, Porong, Sidoarjo, Senin (5/28). Sejumlah warga korban lumpur menduduki pos BPLS dan melarang semua kegiatan BPLS dikawasan lumpur sebelum ganti rugi korban terbayarkan. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Surabaya-- Tepat enam tahun lumpur dari PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, menyembur, tapi hingga kini dampak sosial korbannya belum ditangani pemerintah. "Dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang triliunan belum menyentuh penanganan hak-hak dasar masyarakat Porong," ujar aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Yuliani, dalam diskusi “Enam Tahun Semburan Lumpur Porong”, yang digelar di Universitas Surabaya, Senin 28 Mei 2012.

Ia mencontohkan dampak sosial lumpur yang belum tertangani adalah masalah kesehatan. Data di Puskesmas Porong menunjukkan tren sejumlah penyakit terus meningkat sejak 2006. Penderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) yang pada 2005 sebanyak 24.719 orang, pada 2009 meningkat pesat menjadi 52.543 orang. Selain itu, gastritis yang pada 2005 baru 7.416 orang, pada 2009 melonjak tiga kali lipat menjadi 22.189 penderita.

Menurut Yuliani, hak dasar yang juga tak tersentuh adalah masalah pendidikan, setelah 33 sekolah ditenggelamkan lumpur. Hingga saat ini, Yuliani melanjutkan, belum ada satu pun sekolah pengganti yang dibangun pemerintah. Di Pelem, misalnya. “Masalah Porong adalah skandal, dan kami ingin mengingatkan pemerintah bahwa penanganan akibat dampak semburan belum selesai," ujarnya.

Perwakilan warga Sidoarjo, Paring Waluyo, menilai pemerintah dan PT Minarak Lapindo Jaya memang tak serius menyelesaikan kasus lumpur panas. “PT Lapindo tidak serius, dan pemerintah juga tidak bertaring menghadapi keputusan presiden yang sudah dia buat,” katanya.

Ketidakseriusan Minarak, menurut Paring, terlihat dari belum dipenuhinya komitmen ganti rugi lahan warga Sidoarjo, yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007. Perpres menyebutkan ganti rugi lahan di area terdampak harus dilunasi swasta, sedangkan lahan di luar area terdampak menjadi urusan pemerintah. Yang mengherankan, hingga kini PT Minarak belum melunasi janji mereka sesuai dengan perpres. “Kalau mereka enggak bisa memenuhi janji yang mereka usulkan, sama saja mereka menjilat ludah sendiri. Perpres itu kan dibuat atas kemauan Minarak sendiri,” ujarnya.

Paring menjelaskan, hingga kini masih ada 4.129 berkas warga senilai lebih dari Rp 944 miliar yang belum dilunasi Minarak. Selain itu, ada 73 berkas senilai Rp 27 miliar yang belum dibayar sama sekali.

Direktur Utama PT Minarak, Andi Darussalam, mengklaim pihaknya sudah serius menyelesaikan persoalan lumpur di Sidoarjo. “Total yang kami keluarkan sejak awal sampai sekarang Rp 7,9 triliun,” katanya saat dihubungi.

Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, Laurens Bahang Dama, meminta Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mempercepat proses ganti rugi. Politikus Partai Amanat Nasional ini meminta BPLS menjamin ganti rugi tepat sasaran. "Jangan sampai satu rupiah pun uang negara tidak digunakan dengan tepat."

Lauren juga meminta PT Lapindo tidak mengandalkan pemerintah dalam menyelesaikan kasus ini. Meski sudah ditetapkan sebagai bencana nasional, tanggung jawab penanggulangan dampak lumpur Lapindo harus dituntaskan bersama-sama oleh pemerintah dan perusahaan.

ISMA SAVITRI | DINI MAWUNTYAS | IRA GUSLINA | RAHMA TW

Berita lain:
Seputar Semburan Lumpur Lapindo
Pemerintah Siapkan Rp 7,2 Triliun untuk Lapindo
Tanggul Kritis, Lumpur Porong Ancam Rel dan Jalan

DPR Desak Lapindo Tuntaskan Ganti Rugi

Lady Gaga: Hati Saya Hancur Tak Jadi Konser di Jakarta
Agar Terima Lady Gaga, FPI Ditawari ''Mobil''

Skandal ''Vatileaks'' Guncang Vatikan

Berita terkait

Sampai Jatuh Tempo, Lapindo Baru Bayar Utang Rp 5 M ke Pemerintah

12 Juli 2019

Sampai Jatuh Tempo, Lapindo Baru Bayar Utang Rp 5 M ke Pemerintah

Utang keseluruhan Lapindo Brantas dan Minarak Lapindo Jaya ke pemerintah mencapai Rp773,38 miliar.

Baca Selengkapnya

8 Tahun Lapindo, 3.200 Berkas Belum Dibayar

29 Mei 2014

8 Tahun Lapindo, 3.200 Berkas Belum Dibayar

Warga ingin Bank Jatim mengeluarkan dana talangan.

Baca Selengkapnya

Bagir Manan : MK Tak Berwenang Putuskan Ganti Rugi Lapindo

14 Desember 2012

Bagir Manan : MK Tak Berwenang Putuskan Ganti Rugi Lapindo

Bagir Manan menilai Kasus Lapindo perbuatan melanggar hukum sehingga yang berwenang menentukan soal ganti rugi adalah pengadilan biasa.

Baca Selengkapnya

Harta Bakrie Terkuras Lapindo  

29 November 2012

Harta Bakrie Terkuras Lapindo  

Aburizal Bakrie terdepak dari daftar 40 orang terkaya di Indonesia tahun 2012 versi Forbes.

Baca Selengkapnya

3.000 Korban Lapindo Bakal Turun ke Jalan  

23 November 2012

3.000 Korban Lapindo Bakal Turun ke Jalan  

Korban lumpur Lapindo menuntut Minarak Lapindo membayar sisa ganti rugi yang mencapai Rp 400 miliar.

Baca Selengkapnya

Sidoarjo Siagakan Relawan Tanggap Bencana Lapindo  

7 November 2012

Sidoarjo Siagakan Relawan Tanggap Bencana Lapindo  

Pemerintah kabupaten menyiapkan skenario terburuk.

Baca Selengkapnya

Lapindo Brantas Incar Lapangan Offshore Madura  

5 November 2012

Lapindo Brantas Incar Lapangan Offshore Madura  

Lapindo Brantas Inc (LBI) masih mencari mitra untuk turut mendanai pengembangan industri hulu migas itu.

Baca Selengkapnya

Hujan Turun, Lumpur Lapindo Nyaris Meluap

5 November 2012

Hujan Turun, Lumpur Lapindo Nyaris Meluap

Luberan lumpur di titik P 71-10d dan P 21-22 akan berdampak pada rel kereta api dan Raya Porong. Sementara titik P 33 akan berdampak pada permukiman.

Baca Selengkapnya

Juru Bicara Badan Penanganan Lumpur Tewas Mendadak

14 September 2012

Juru Bicara Badan Penanganan Lumpur Tewas Mendadak

Juru bicara Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Ahmad Khusairi, meninggal dunia secara mendadak akibat serangan jantung.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Kembali Gelontorkan Dana untuk Lapindo

10 September 2012

Pemerintah Kembali Gelontorkan Dana untuk Lapindo

Tahun 2013 pemerintah menganggarkan Rp 2,236 triliun naik dari tahun ini Rp 1,533 triliun.

Baca Selengkapnya