Pesawat Sukhoi Superjet 100. REUTERS/sergeydolya.livejournal.com
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Federasi Pilot Indonesia, Hasfrinsyah, mempertanyakan kesiapan pilot Sukhoi Superjet yang diketahui jatuh di Gunung Salak, Rabu kemarin. Ia khawatir pilot tidak betul-betul siap sebelum melakukan joy flight. "Perlu dipertanyakan apakah pilot benar-benar siap dan memiliki pengetahuan akan medan prohibited area yang digunakan untuk joy flight," ujar Hasfrinsyah, Kamis, 10 Mei 2012
Hasfrinsyah menuturkan lebih lanjut bahwa pengetahuan akan medan joy flight adalah hal penting bagi seorang pilot. Pasalnya, kalau sampai pilot tidak tahu medan, pilot akan susah untuk menentukan ke mana seharusnya pesawat dikendalikan, pada ketinggian berapa, dan di mana ia bisa mendarat saat harus melakukan pendaratan darurat.
Hasfrinsyah menambahkan bahwa pada umumnya, sebelum melakukan penerbangan apa pun, seorang pilot mengikuti briefing office (rapat) dengan pihak air traffic control. Hal itu bertujuan untuk memahami medan yang akan dilalui saat terbang serta prosedur-prosedur yang harus dipatuhi.
"Nah, saya takutnya pilot ini tidak mengikuti briefing office. Kalaupun dia tidak ikut sepenuhnya, setidaknya ia punya chart yang bisa ia gunakan untuk memantau medan," ujar Hasfrinsyah lebih lanjut.
Kabar terakhir, setelah berjalan sepanjang 2 kilometer, Regu 12 pencari pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak kembali ke posko Rindam Jaya, Kecamatan Pasir Reungit, Kabupaten Bogor. Tim ini kembali ke posko setelah mendapat kabar penemuan bangkai Sukhoi melalui jalur udara.
Awalnya bangkai pesawat masih belum jelas di mana keberadaannya. Karena itu, 30 regu pencari Sukhoi berpencar mengelilingi Gunung Salak. Namun setelah mendapat kabar bahwa tim udara sudah menemukan titik bangkai Sukhoi tersebut di tebing gunung di Cijeruk, regu jalur darat dari Kabupaten Bogor kembali ke posko semula.