Keluarga dari korban pesawat jatuh Sukhoi Super-Jet 100 di wilayah Bogor sedang melihat deretan daftar nama korban, di Lanud Halim PerdanaKusumah, Jakarta, Rabu (09/05). Pesawat tersebut Jatuh dan Hilang kontak pada pukul 14:33 WIB saat melintas di gunung Salak dan membawa 50 orang penumpang. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Isak tangis keluarga penumpang pesawat Sukhoi Superjet yang hilang kontak di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, tak terbendung. Apalagi ketika mereka mengetahui keluarganya tercantum dalam manifest pesawat itu, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu 9 Mei 2012 malam.
Ellen Pangabean keluarga salah satu penumpang Edward Edo M salah satu yang terlihat syok. Edo ikut dalam demonstrasi penerbangan pesawat mewakili perusahaan IndoAsia. "Saya dikasih tahu teman Edo bahwa pesawatnya hilang kontak," kata Ellen di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta
Ellen bersama kerabatnya memaksakan diri ke Bandara Halim untuk memastikan berita tersebut. "Makanya saya kemari untuk mengecek, kami minta doanya saja," ujar Ellen sambil berlinang air mata.
Eben merupakan adik dari Edward M Panggabean, penumpang pesawat Sukhoi Superjet 100 yang hilang kontak pada pukul 14.33 WIB. Edward merupakan karyawan Indo Asia yang diberi kesempatan menjajal pesawat keluaran terbaru Sukhoi untuk kepentingan komersil itu.
Selain mereka, ada beberapa anggota keluarga lainnya yang datang, namun sebagin enggan untuk diwawancarai. Mereka pun masih tidak percaya jika nama-nama dari manifest pesawat adalah keluarganya.
Sheny Ayat mengaku sangat yakin menantunya, Ruli Dermawan dari IndoAsia selamat. Wanita tua ini terlihat sangat tabah dan tegar saat melihat daftar nama yang terpampang di dinding. "Saya yakin selamat, tetapi Wallahu `alam bi sahwab," katanya.
Namun demikian, tidak semua keluarga penumpang sanggup menahan air mata seperti Sheny. Linangan air mata dan kepanikan justru mendominasi mayoritas keluarga penumpang kendati berbagai pihak mencoba menenangkan.