TEMPO Interaktif, Banda Aceh: Sekitar 35 ribu pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang saat ini bertugas di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) akan difokuskan untuk mengamankan pemilihan umum (Pemilu) 2004. Hal itu ditegaskan Panglima TNI, Endriartono Sutarto usai apel siaga pengamanan Pemilu, di Banda Aceh, Sabtu (28/2). "Walau prajurit tetap menghadapi GAM (Gerakan Aceh Merdeka), tapi lebih banyak pada pengamanan pemilu," kata pria yang akrab disapa Tarto itu. Menurut Panglima TNI, walau kekuatan GAM sudah berkurang, sewaktu-waktu tetap bisa mengganggu proses Pemilu. Untuk itulah pasukan TNI bertugas untuk mengeliminasi gangguan GAM pada masa kampanye dan pemungutan suara. Dengan pengamanan seperti itu, kata Tarto, Pemilu di Aceh diharapkan tidak jauh berbeda dengan daerah lain. "Tidak ada penambahan pasukan dan kita akan manfaatkan kekuatan yang ada," kata Tarto. Dengan kekuatan yang ada, kata Tarto, sama seperti daerah lainnya, TNI juga akan berada jauh dari tempat pemungutan suara (TPS) dan berjaga-jaga di ring pengamanan II dan III. Sementara, di ring I polisi dan anggota Linmas yang akan bertugas mengamankannya. Menyinggung kekhawatiran adanya tekanan terhadap masyarakat untuk ikut Pemilu, Tarto menegaskan, prajurit di lapangan akan berlaku netral dan tidak membawa kepentingan partai politik manapun. Usai apel pengamanan Pemilu 2004 itu, Endriartono bersama Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno, Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Da'i Bachtiar, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono, Sekretaris Negara Bambang Kesowo dan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nazaruddin Syamsuddin, bertolak menuju kantor Gubernur Aceh untuk menyerap masukan seputar persiapan Pemilu di Aceh dan dijadwalkan langsung bertolak ke Medan, Sumatera Utara. Yuswardi A. Suud - Tempo News Room