TEMPO Interaktif, Malang:Kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri ke Kota Malang, Sabtu (14/2), diwarnai aksi unjuk rasa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Brawijaya (Unibraw) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di depan Kampus Unibraw. Aksi yang diikuti tak kurang dari 30 mahasiswa ini menyuarakan sikapnya terhadap para pemimpin busuk. "Kami menolak para politisi dan pemimpin busuk," kata Zany Pria Romadudin, Presiden Eksekutif Mahasiswa Unibraw saat beraksi.Selain menolak politisi dan pemimpin hitam, BEM dan KAMMI juga menolak Megawati dan Hamzah Haz dicalonkan sebagai presiden pada Pemilu 2004. Menurut mereka, duet Megawati-Hamzah terbukti telah gagal memimpin Indonesia. "Rapor kepemimpinannya jelek. Mereka tidak layak lagi dicalonkan," ujar Zany.Menurut Zany, BEM dan KAMMI telah menentukan kriteriapolitisi dan pemimpin busuk ini, antara lain pelaku KKN, penjual aset negara, pelanggar HAM berat, perusak lingkungan, melakukan kejahatan seksual, dan tidak peduli pda rakyat miskin, serta tidak peduli pada penderitaan sesama. Zany mengungkapkan, para politisi dan pemimpin busuk banyak menguasai jabatan strategis. Mereka leluasa berkuasa karena didukung oleh mafia peradilan, birokrat, konglomerat, dan akademisi yang propenindasan. Sebagai contoh politisi busuk, Zany menunjuk Akbar Tandjung. Kebebasan Akbar Tandjung dalam kasus korupsi Rp 40 milyar dana nonbujeter Bulog, katanya, mencerminkan rasa ketidakadilan. "Akbar Tandjung adalah politisi hitam yang tidak layak memimpin negeri ini. Untuk dicalonkan saja Akbar sudah tidak layak."Penolakan terhadap para pemimpin dan politisi busuk tersebut, ujar Zany Pria, didasarkan pada kebutuhan negara yang sangat memerlukan pemimpin yang kuat, jujur, amanah, dan memiliki visi penegakan supremasi hukum. Para pemimpin kuat dan jujur diperlukan untuk membangkitkan kembali Indonesia dari krisis multidimensi. Bibin Bintariadi - Tempo News Room