TEMPO Interaktif,
Jakarta:PT Metropolitan Magnum Indonesia (MMI) memancangkan target keuntungan bersih hingga Rp 127 miliar pada tahun pertama penyelenggaraan Dana Sumbangan Berhadiah Empat Cabang Olahraga. Padahal, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) hanya akan memperoleh Rp 3 miliar per bulan, ditambah 10 persen nilai tiket yang terjual.Proyeksi itu tercantum pada proposal MMI yang diperoleh
Tempo News Room, Senin (12/1). Berdasarkan proposal yang diajukan pada 6 Juni 2003, sejumlah petinggi KONI melakukan studi banding ke Malaysia untuk mengecek sistem pengumpulan dana oleh Magnum Corporation Berhad, induk perusahaan MMI yang merupakan bandar lotere terkemuka di negeri jiran itu.Magnum sendiri telah memperoleh lisensi untuk menyelenggarakan program pengumpulan dana di Indonesia dari Ketua Umum KONI Agum Gumelar. Izin Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah pun keluar akhir tahun lalu. Rencananya, program itu diluncurkan pada kuartal pertama tahun ini
(Koran Tempo, 13/1).Keuntungan bersih akumulatif sebesar Rp 4,68 triliun akan didapat MMI pada tahun ke-10, akhir masa perjanjian kerja sama. Dengan proyeksi keuntungan melimpah itu, wajar harga saham Magnum di Bursa Efek Kuala Lumpur langsung meningkat hingga 9,9 persen pada 7 Januari 2004, saat kerja sama diumumkan di situs mereka.Menurut proposal, Magnum akan membuka konter penjualan kupon di seluruh Indonesia. Pada tahun pertama, penjualan hanya dilakukan di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Untuk membangun jaringan komputer dan loket penjualan--perangkat penting sistem ini--mereka mengaku menginvestasikan US$ 75 juta (Rp 637,5 miliar).Magnum sangat menekankan bahwa program itu bukan perjudian. "Di Indonesia, ini sebaiknya diartikan sebagai dukungan nasional untuk hal-hal sosial, bahwa selalu ada kesempatan bagi yang mujur dan beruntung untuk memenangkan hadiah-hadiah," demikian bunyi proposal yang ditandatangani Direktur Utama PT MMI Yanto Hendrik.Pada tahap pertama, Magnum berencana menarik undian sekali sepekan. Selanjutnya penarikan dilakukan tiga kali seminggu, yakni Senin, Rabu, dan Sabtu. Pembeli sebelumnya harus memasang rangkaian kombinasi huruf yang telah ditentukan. Penarikan disebutkan memakai sistem komputer canggih.Namun, proposal itu sama sekali berbeda dengan izin yang dikeluarkan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah. Menurut Bachtiar, departemennya tidak pernah mengizinkan penyelenggaraan lotere. "Yang kami keluarkan hanya izin undian gratis berhadiah," katanya kemarin.Bachtiar menyatakan, janji hadiah kepada masyarakat untuk menonton pertandingan olahraga bukanlah judi, melainkan rangsangan. Ia berjanji untuk mencabut izin bila MMI ternyata menyelenggarakan lotere. Soal ada kerja sama dengan KONI, ia menegaskan, "Itu bukan urusan saya."Secara terpisah, KONI membantah pengumpulan dana itu berbentuk lotere. Menurut Sekjen Djohar Arifien, kerja sama induk organisasi olahraga nasional itu dengan Magnum adalah pemberian hadiah
(door prize) bagi pembeli tiket pertandingan olahraga. "Tidak ada tebak-tebakan," katanya dalam konferensi pers yang dihadiri Ketua Bidang Perencanaan dan Anggaran Indra Kartasasmita, Ketua Komisi Hukum Mursanto, dan juru bicara Linda Wahyudi.Menurut Djohar, hadiah akan diberikan kepada penonton 52 acara olahraga yang terpilih selama setahun. Ia tidak menjelaskan apakah iming-iming ini bisa menjaring berpuluh ribu penonton sehingga keuntungan bersih penyelenggaranya bisa mencapai miliaran rupiah. "Untung atau rugi, KONI tetap akan mendapat bagian keuntungannya per bulan," kata Mursanto.Pihak Magnum, baik di Kuala Lumpur maupun Jakarta, hingga kemarin belum bisa dimintai keterangan. Berdasarkan pantauan
Tempo, tak tampak kegiatan di kantor MMI sebagaimana tercantum di proposal: perumahan Green Garden Blok I/9 No. 37, Jakarta Barat. MMI ternyata hanya menempati sebuah ruang di gedung itu.Muslimin, petugas kebersihan gedung, mengatakan, Yanto Hendrik dan seorang rekannya jarang berlama-lama di situ. Jhoni, penjaga keamanan, menambahkan, mereka menyewa ruangan itu sejak 1,5 tahun lalu.Meski belum jelas benar, proyek pengumpulan dana masyarakat itu telah menuai penolakan. Wakil Presiden Hamzah Haz dan cendekiawan Nurcholish Madjid, misalnya, menolak dengan alasan program berbau judi. Adapun Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar dan Sekjen Majelis Ulama Indonesia Dien Syamsuddin menolak dengan alasan manfaatnya bagi pengembangan olahraga masih diragukan. "Berdasarkan pengalaman masa lalu, hasilnya kembali ke tangan pengusaha," kata Dien.
Karaniya/Nafi/Yopiandi/Yura/Faisal/Sapto/Sunariah - Tempo News Room