TEMPO Interaktif, Jakarta: Masyarkat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI) menganggap TNI tidak serius dalam menangani pembebasan sandera yang dilakukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Akibatnya, salah satu yang disandera, wartawan RCTI Ersa Siregar, mati saat baku tembak antara TNI dan GAM. Pernyataan ini diungkapkan Sekretaris MPPI Suryana N. Adikusumah di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (30/12). Ketidakseriusan ini, kata Suryana, bisa dilihat dari lamanya waktu penyanderaan Ersa hingga enam bulan lebih. "GAM itu kan pernah ingin menyerahkan Ersa tetapi melalui Palang Merah Internasional. Pihak TNI sendiri yang kurang mau kompromi," katanya. Ia melihat kematian Ersa sebagai sebuah tragedi.Suryana juga sangat menyesalkan pernyataan Panglima Koops TNI Brigjen George Toisutta atas kematian Ersa. Ucapan Toisutta yang mengatakan kematiannya sebagai konsekuensi dari sebuah resiko pekerjaan dianggap Suryana telah mengaburkan permasalahan. TNI, kata Suryana, mempunyai kewajiban untuk melindungi rakyat termasuk usaha membebaskan rakyat yang disandera oleh suatu kelompok. Bukan membiarkannya tanpa usaha yang serius. "Apalagi Ersa berprofesi wartawan yang melakukan tugas demi kepentingan publik," ujarnya. Dia berharap masyarakat pers terus melakukan pengawasan terhadap kelalaian-kelalaian yang dilakuakan penguasa. "Saya juga melihat komunitas penyiaran kurang tanggap," kata Suryana.Muchamad Nafi ? Tempo News Room
Berita terkait
Kenang Joko Pinurbo: Kepedulian terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal
1 menit lalu
Kenang Joko Pinurbo: Kepedulian terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal
Joko Pinurbo memiliki jiwa sosial yang tinggi termasuk terhadap perempuan dan kelompok marginal, termasuk saat masa pandemi.