Sultan Yogya Terima Gelar Doktor Kehormatan  

Reporter

Editor

Selasa, 27 Desember 2011 16:15 WIB

Gubernur DIY yang juga Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X (tengah) menerima gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dari Rektor Institut Isi Indonesia (ISI), Prof. Dr. A. M. Hermien Kusmayati (kanan) di Gedung Concert Hall, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Selasa (27/12). ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Yogyakarta - Institut Seni Indonesia Yogyakarta menganugerahi Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sultan Keraton Yogyakarta sekaligus Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) di bidang seni pertunjukan, Selasa 27 Desember 2011.

Dalam sambutannya, Rektor Institut Hermien Kusmayati menjelaskan pemberian gelar Doktor Kehormatan di bidang seni pertunjukan, selain yang pertama kalinya dilakukan oleh Institut, juga yang pertama kalinya di Indonesia. Artinya, Sultan adalah orang pertama yang menerima gelar doktor kehormatan di bidang seni pertunjukan di Indonesia. “(Penganugerahan itu seolah) menjadi pelepas dahaga,” kata dia.

Bersama dengan ko-promotor Sumandiyo Hadi, Hermin merupakan promotor pemberian gelar itu. Mereka menilai Sultan memiliki peran besar terhadap pembentukan jati diri dan karakter bangsa melalui seni budaya. Selain menulis buku, Sultan pun menggunakan kebudayaan sebagai cara berdiplomasi antarnegara. Di antaranya dalam program kerja sama bidang budaya antara Yogyakarta-Kyoto (Jepang) pada 1989 dan menggelar pameran dan pementasan budaya Indonesia di Amerika selama 6 bulan pada 1991.

Sementara di tingkat lokal dan nasional Sultan dianggap mampu menempatkan diri sebagai pemangku kepentingan seni dan budaya. Semisal sikat Keraton yang terbuka terhadap budaya dari luar tradisinya dan posisi Sultan sebagai konseptor Festival Kesenian Yogyakarta yang digelar saban tahun hingga kini. “Kepedulian Sultan Hamengku Buwono X dalam forum nasional dan internasional sangat membanggakan bangsa,” kata Hermin.

Adapun di sisi seni pertunjukan, Bedhaya Sang Amurwabumi, tarian yang diciptakan Sultan, dinilai relevan dengan misi pendidikan Institut dalam menjaga dan menggembangkan tradisi sesuai dengan semangat zamannya. Diciptakan pada 1990-an, tarian ini mengandung kekhawatiran vakum pemerintahan pasca-Soeharto.

Dalam pidatonya yang berjudul Ajaran Sang Amurwabumi; Sumber Acuan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bangsa, Sultan mengatakan dalam tarian itu ia mencoba menawarkan secara simbolik dasar karakteristik kepemimpinan masa depan dengan menggali dan mengkaji relevansi akaran kepemimpinan tradisional Jawa dari Serat Pararaton. “Bagaimana pendekatan budaya menjadi pendekatan membangun (kepribadian) anak bangsa,” kata dia usai menerima gelar.

Serat Pararaton mengisahkan berdirinya kerajaan Singasari hingga keruntuhan Majapahit. Ide dasar tarian itu sendiri berfokus pada Sang Amurwabumi, yakni gelar Ken Arok, pendiri Singasari setelah bertakhta, Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabumi.

Dalam acara pemberian gelar di Concert Hall Institut, tarian itu ikut digelar dalam iringan tabuhan gamelan slendro dan orkestra. Dimainkan sembilan orang penari perempuan, satu di antaranya adalah puteri sulung Sultan sendiri, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Berlangsung sekitar 30 menit, gerak dan gending tarian ini tetap mengacu pada patokan tari Bedhaya.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Forum Seniman Ragukan Janji-janji Jakpro dalam Revitalisasi TIM

20 Februari 2020

Forum Seniman Ragukan Janji-janji Jakpro dalam Revitalisasi TIM

Forum Seniman ragukan pernyataan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) terkait tak akan mengkomersialisasi kawasan pusat kesenian itu usai revitalisasi TIM.

Baca Selengkapnya

Hari Buruh, Pekerja Seni Berorasi dengan Kreatif Ramah Lingkungan

1 Mei 2019

Hari Buruh, Pekerja Seni Berorasi dengan Kreatif Ramah Lingkungan

Serikat pekerja media dan industri kreatif atau Sindikasi mendorong ekosistem kerja yang berkeadilan di peringatan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hasil Pameran Seni Etza di Prancis untuk Korban Gempa Palu

23 Oktober 2018

Hasil Pameran Seni Etza di Prancis untuk Korban Gempa Palu

Seniman muda Bandung, Etza Meisyara, menyumbangkan seluruh hasil karyanya yang terjual di pameran tunggalnya di Prancis untukkorban gempa Palu.

Baca Selengkapnya

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

9 Oktober 2018

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

Sejumlah seniman di Yogyakarta punya cara sendiri untuk menyikapi kasus Ratna Sarumpaet dan berbagai kabar hoax yang beredar di masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pertemuan IMF - World Bank di Bali, Begini Komentar Mike Marjinal

7 Oktober 2018

Pertemuan IMF - World Bank di Bali, Begini Komentar Mike Marjinal

Gitaris grup band punk Marjinal, Mike, bersama sejumlah aktivis dan seniman ikut memantau pertemuan IMF - World Bank di Bali.

Baca Selengkapnya

Seniman Mural Singgung Cara Anies Baswedan Bersihkan Kali Item

26 Juli 2018

Seniman Mural Singgung Cara Anies Baswedan Bersihkan Kali Item

Upaya cepat yang dilakukan Anies Baswedan menangani Kali Item mendapat respons beberapa pihak salah satunya seniman mural

Baca Selengkapnya

Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

11 Januari 2018

Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

Beberapa orang akan berpikir bahwa seorang seniman tidak akan mendapatkan pekerjaan dan tidak bisa bertahan. Simak pengalaman pelukis Naudal Abshar.

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Segera Ditenggelamkan di Pulau Bangka

17 Oktober 2017

Karya Teguh Ostenrik Segera Ditenggelamkan di Pulau Bangka

Instalasi seni Teguh Ostenrik yang ketujuh, ditanam untuk mengembalikan keindahan laut Pulau Bangka

Baca Selengkapnya

Teras Budaya Tempo Gelar Malam Simpati untuk Hamsad Rangkuti

22 September 2017

Teras Budaya Tempo Gelar Malam Simpati untuk Hamsad Rangkuti

Malam ini, Teras Budaya Tempo menggelar kegiatan penggalangan dana bertajuk Simpati untuk sastrawan Hamsad Rangkuti.

Baca Selengkapnya

Performance Art Tisna Sanjaya Protes DPR Soal KPK

21 Juli 2017

Performance Art Tisna Sanjaya Protes DPR Soal KPK

Seniman Tisna Sanjaya memprotes Panitia Khusus Angket DPR soal KPK dengan melakukan performance art di samping Gedung Merdeka Bandung.

Baca Selengkapnya