TEMPO.CO, Jakarta - Mabes Polri menyatakan siap mengevaluasi dan mengidentifikasi personelnya yang telah terlibat pelanggaran hukum dan etik pada 27 Desember 2011 mendatang. Evaluasi ini untuk menjawab maraknya kasus kekerasan yang melibatkan aparat penegak hukum.
Hal ini diungkap oleh Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian, Saud Usman Nasution, usai berbicara dalam seminar di kampus Universitas Indonesia, Depok, Senin, 19 Desember 2011. “Kami akan melakukan evaluasi dan identifikasi mengenai personel kami yang terlibat kasus pada 27 Desember nanti,” kata Saud.
Kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap masyarakat seperti tak pernah berhenti. Beberapa kasus terus-menerus muncul, mulai dari kasus penyiksaan terhadap warga Mesuji di Lampung dan Sumatera Selatan, kasus pemukulan mahasiswa, kasus penyerangan terhadap pekerja bantuan hukum LBH Jakarta, dan masih banyak lagi kekerasan yang lain.
Saud mengatakan akan memproses secara hukum aparatnya yang melakukan pelanggaran, bukan hanya melalui sidang kode etik. “Pada dasarnya, Polri tunduk pada hukum sipil. Jadi, kami tentu akan memproses aparat yang melakukan pelanggaran pidana di pengadilan umum,” tegas Saud.
ANANDA WARDHIATI TERESIA
Berita terkait
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024
19 hari lalu
Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum
Baca SelengkapnyaPrajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat
35 hari lalu
Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.
Baca SelengkapnyaAmnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum
41 hari lalu
Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer
6 Oktober 2021
Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.
Baca SelengkapnyaSerial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan
16 September 2021
Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.
Baca Selengkapnya2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf
27 Juli 2021
TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.
Baca SelengkapnyaJokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua
5 Juli 2018
Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini
8 Juli 2017
Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.
Baca SelengkapnyaTampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks
8 Juli 2017
Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara
8 Juli 2017
Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."
Baca Selengkapnya