TEMPO Interaktif, Jayapura - Aparat Tentara Nasional Indonesia di Kabupaten Puncak, Papua, terus mengejar pelaku penyerangan Komandan Rayon Militer Sinak di Puncak, Lettu Inf Mahmudin, yang dibacok kelompok sipil bersenjata, Sabtu 9 Desember 2011, sekitar pukul 09.00 WIT.
Sebanyak enam pelaku membacok Mahmudin di lengan kiri serta merampas pistol FN 45 jat 7024850 miliknya. “Ya benar, ada pembacokan. Itu bukan kriminal biasa, tapi korban sudah menjadi target. Untung saja tidak sampai luka parah, tapi pistol milik Danramil dirampas,” kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Ali Hamdan Bogra, Senin 11 Desember 2011.
Ali mengatakan pengejaran terhadap pelaku masih terus dilakukan. “Dan kalau tertangkap kemudian melawan dengan menembak kami, itu artinya mereka akan dihabisi karena jelas-kelas berdirinya kelompok bersenjata dalam NKRI merupakan pelanggaran,” katanya.
Mahmudin dibacok saat dalam perjalanan dari Bandara ke Markas Koramil Sinak, sepulang dari Nabire. Dalam perjalanan itu korban ditemani anggota Koramil, Sersan Rahman. Tiba-tiba dari arah belakang datang enam orang yang langsung menyerang keduanya. “Saat itu Danramil mencoba melawan, tapi jumlah mereka banyak dan bersenjata tajam. Danramil terkena sabetan di tangan kiri tapi selamat. Setelah melihat korban jatuh mereka dengan cepat mengambil pistol dan lari,” kata Ali Hamdan.
Ia menduga kelompok tersebut sengaja mengincar senjata yang dibawa. “Saya belum pasti itu dari kelompok mana, soalnya kelompok bersenjata ini kan sangat banyak di Papua,” katanya.
Terkait kondisi korban saat ini, Kapendam mengatakan sudah membaik. "Sudah lebih baik, sekarang masih di rumah sakit, sementara anggota di lapangan masih mengejar pelaku,” ujar dia.
Sebelumnya dua anggota Brimob juga diserang ketika pasukan kepolisian hendak menjemput Brigadir Dua AR Syukur dan Inspektur Dua Febri yang sakit di Pos Polisi Tingginambut. Akibat penembakan, Bripda Feriyanto Kaluku dan Bripda Eko Afriansyah tewas dengan luka di kepala. Insiden itu terjadi di Kali Semen, Kampung Wandigobak, Kabupaten Puncak Jaya, Sabtu 3 Desember 2011.
JERRY OMONA
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya