Bojonegoro Bangun Danau Buatan Berlapis Geomembran

Reporter

Editor

Jumat, 4 November 2011 16:18 WIB

TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saat ini sedang mempersiapkan pembangunan proyek percontohan embung (danau buatan) yang dilapisi lembaran pelapis antibocor, geomembrane.

Menurut Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Bambang Budi Susanto, proyek percontohan embung geomembrane dibangun di Dusun Sumber Wungu, Desa Kepoh Kidul, Kecamatan Kedungadem. “Pembangunannya kami jadwalkan sudah dimulai November ini,” katanya kepada Tempo, Jumat siang, 4 November 2011.

Proses pembangunan akan dipercepat, sehingga bisa rampung bersamaan dengan datangnya musim penghujan. Dengan demikian embung bisa menampung air sebagai cadangan untuk kebutuhan pada musim kering tahun 2012 mendatang.

Bambang menjelaskan saat ini di seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro terdapat 78 embung yang tersebar di 27 kecamatan di Bojonegoro. Setiap embung rata-rata mampu menampung air 30 ribu hingga 50 ribu meterkubik. Selain embung juga ada Waduk Pacal di Kecamatan Temayang dan bendung gerak di Bengawan Solo, yang saat ini sedang diselesaikan pembangunannya.

Namun dari waduk yang ada banyak di antaranya yang kerap kering pada setiap musim kering, terutama di kawasan yang jauh dari sungai Bengawan Solo. Di antaranya di Kecamatan Ngambon, Ngasem, Tambakrejo, Sekar, Temayang, Gondang, Kedungadem, Margomulyo, dan Kecamatan Sukosewu.

Biaya pembangunan embung yang dilapisi lembaran geomembrane relatif lebih murah, yakni sekitar Rp 100 juta per embung. Biaya bisa ditekan karena tidak perlu membuat embung baru, melainkan hanya melebarkan dan lebih memperdalam embung yang ada, lalu diberi lapisan geomembrane pada dasar dan dinding embung. Dengan demikian daya tampungnya menjadi lebih banyak dan penyimpanan air aman, sehingga bisa dimanfaatkan pada saat musim kemarau.

Bila proyek percontohan di Dusun Sumber Wungu, Desa Kepoh Kidul, sukses, seluruh embung di Bojonegoro juga akan dilapisi lembaran geomembrane. Selain itu setiap tahun akan ditambah enam hingga 10 embung, sehingga setiap kecamatan memiliki minimal lima embung yang semuanya dilapisi membrane. “Sebagian besar kawasan di Bojonegoro tergolong kering dan rawan air bersih pada musim kemarau, sehingga Bojonegoro membutuhkan cadangan air yang cukup,” ujar Bambang.

Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengatakan keputusan untuk membangun embung berlapis geomembrane diadopsi dari beberapa daerah di Indonesia yang juga tergolong daerah kering dan rawan penyediaan air bersih pada musim kemarau.

Dengan adanya embung geomembrane diharapkan Bojonegoro tidak lagi menghadapi masalah kesulitan air seperti yang selalu dihadapi selama ini.

Suyoto optmistis proyek percontohan embung geomembrane di Dusun Sumber Wungu, Desa Kepoh Kidul, akan berhasil sesuai dengan rencana. Sebab pembangunannya sudah melalui beberapa tahap perencanaan yang matang. “Kami berharap kekeringan bukan lagi persoalan tahunan bagi Bojonegoro,” ucap dia.

Dana untuk proyek embung berlapis geomembrane diambil dari anggaran bantuan sosial. Selain itu juga dana yang biasa digunakan untuk mengatasi bencana alam. Tahun ini tersedia dana Rp 800 juta.

SUJATMIKO

Berita terkait

Jokowi Pidato Soal Infrastruktur dan Pengelolaan Air dalam World Water Forum, Walhi: Tak Menyelesaikan Krisis

4 jam lalu

Jokowi Pidato Soal Infrastruktur dan Pengelolaan Air dalam World Water Forum, Walhi: Tak Menyelesaikan Krisis

Walh mengkritik keras pidato Presiden Jokowi dalam Water World Forum ke-10. Program infrastruktur dan pengelolaan air dianggap masih bermasalah.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

14 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Asal Usul World Water Forum, Konvensi Dunia yang Khusus Membahas Masalah Air

16 hari lalu

Asal Usul World Water Forum, Konvensi Dunia yang Khusus Membahas Masalah Air

Masalah krisis air yang menghantui dunia kreap dibahas dalam World Water Forum, musyawarah khusus di tingkat dunia.

Baca Selengkapnya

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

26 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

18 Maret 2024

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

Tim mahasiswa UI mendapat pendanaan untuk proyek solusi air bersih di Cipayung. Disesuaikan dengan target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Baca Selengkapnya

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

14 Maret 2024

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.

Baca Selengkapnya

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

28 Februari 2024

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

16 November 2023

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

Untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih, BPBD Tangsel terus mendistribusikan air bersih.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

29 Oktober 2023

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

Kebakaran hutan Gunung Merbabu, Jawa Tengah yang telah merambah wilayah Kabupaten Boyolali menyebabkan pipa saluran air bersih

Baca Selengkapnya

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

16 Oktober 2023

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

Kepala BMKG mengatakan perubahan gaya hidup menjadi kunci mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya