Pemuda Ansor Ditembak Mati, Polda Jatim Minta Maaf  

Reporter

Editor

Selasa, 1 November 2011 16:08 WIB

Ilustrasi. dok TEMPO/Zulkarnain

TEMPO Interaktif, Surabaya - Kepolisian Daerah Jawa Timur meminta maaf kepada keluarga almarhum Riyadi Solikin, anggota Departemen Pendidikan dan Kader Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo, yang tewas ditembak Brigadir Satu Eko Ristanto pada Jumat, 28 Oktober 2011 dini hari pekan lalu. Eko adalah anggota Satuan Reserse Kriminal Polres Sidoarjo.

Permintaan maaf itu disampaikan Wakil Kepala Polda Jatim Brigadir Jenderal Edi Sumantri seusai mengunjungi keluarga korban di Desa Sepande, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Selasa, 1 November 2011.

Kedatangan Edi didampingi oleh Direktur Profesi dan Pengamanan Polda Jatim Komisaris Besar Tomsi Tohir, Direktur Bimbingan Masyarakat Komisaris Besar Puji Astuti, dan Ketua Tim Pencari Fakta Komisaris Besar Coki Manurung. "Kami meminta maaf sebesar-besarnya pada keluarga korban sekaligus memulihkan nama baik yang bersangkutan," kata Edi di Balai Wartawan Polda Jawa Timur.

Pemulihan nama baik korban dilakukan karena sebelumnya, Eko, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka, mengatakan bahwa Solikin terpaksa dihabisi karena berusaha melawan dengan celurit. Namun, keluarga korban membantah bahwa dini hari itu Solikin tidak membawa senjata tajam.

Pernyataan tersangka membuat geram ratusan warga Sepande. Satu hari kemudian mereka berunjuk rasa ke Polres Sidoarjo meminta agar polisi meralat soal celurit sekaligus memecat pelaku penembakan dari kepolisian. "Masalah korban bawa celurit atau tidak masih kami dalami karena baru keterangan dari tersangka. Yang jelas, korban orang baik-baik, bukan penjahat," kata Edi.

Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur Alfa Isnani menilai permintaan maaf tersebut belum cukup. Sebab, kata dia, yang lebih penting dari itu adalah mengusut tuntas pelaku penembakan hingga dijatuhi hukuman yang setimpal. "Dengan meminta maaf, kesannya Polda Jatim seperti menutup-nutupi kesalahan pelaku," kata Alfa.

Karena itu, kata dia, GP Ansor Jawa Timur tetap mendesak agar Eko diseret ke pengadilan. Selain mendesak agar tersangka dijatuhi hukuman berat, Alfa juga meminta agar atasan Eko turut bertanggung jawab atas tewasnya Solikin. "Karena pelaku bertugas di bawah kendali komandannya," ujar Alfa.

Tewasnya Solikin berawal dari terserempetnya sepeda motor Briptu Widianto oleh mobil korban di dekat Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Saat itu Widianto bersama empat rekannya tengah melakukan patroli tertutup di sekitar stadion.

Melihat rekannya terjatuh, Eko spontan mengejar mobil Solikin yang tetap melaju kencang. Versi Edi, Eko sempat memberi tembakan peringatan agar Solikin berhenti, namun tak dihiraukan. Saat laju kendaraan Solikin sampai di tikungan, Eko memepet dan menembak ban belakangnya.

Tak hanya itu, saat posisi kendaraan sejajar, Eko menembak Solikin dari arah samping. Tembakan ini mengenai lengan korban dan tembus hingga paru-paru. Namun, beberapa saksi mata mengatakan, sebelum ditembak korban tidak mengacungkan celurit seperti klaim pelaku.

KUKUH S WIBOWO


Berita terkait

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

13 hari lalu

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum

Baca Selengkapnya

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

29 hari lalu

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.

Baca Selengkapnya

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

35 hari lalu

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.

Baca Selengkapnya

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

6 Oktober 2021

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.

Baca Selengkapnya

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

16 September 2021

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.

Baca Selengkapnya

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

27 Juli 2021

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.

Baca Selengkapnya

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

5 Juli 2018

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

8 Juli 2017

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.

Baca Selengkapnya

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

8 Juli 2017

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

8 Juli 2017

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."

Baca Selengkapnya