Tradisi Balon Api Dikhawatirkan Picu Kebakaran Hutan

Reporter

Editor

Jumat, 23 September 2011 16:58 WIB

Pemukiman warga yang berada di lereng Pegunungan Wilis di Desa Bodag, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin

TEMPO Interaktif, Kediri - Perhutani Kediri mengkhawatirkan tradisi menerbangkan balon api yang dilakukan masyarakat di Trenggalek dan Pacitan, Jawa Timur.

Tradisi yang dilakukan dengan menerbangkan balon udara berisi gas api itu dilakukan mulai lebaran hingga sekarang. Celakanya, balon tersebut kerap jatuh di kawasan hutan yang sulit dijangkau petugas.

Pihak Perhutani mengaku tak bisa melarang perilaku tersebut karena sudah menjadi tradisi. "Kami hanya meminta pengertian mereka," ujar Wakil Administratur Perhutani Kediri Errik Alberto kepada Tempo, Jumat, 23 September 2011.

Nanang Masyari, 26 tahun, warga Kecamatan Panggul, Trenggalek mengatakan kebiasaan menerbangkan balon api sudah ada sejak dulu. Sebagai salah satu penggemar balon api, dia mengaku tidak mengetahui permainan yang dilakukan memicu kebakaran. "Saya pikir aman karena terbangnya jauh dari pemukiman," katanya polos.

Kamis, 22 September 2011 malam, kebakaran hebat melanda kawasan hutan di lereng Gunung Wilis. Kebakaran baru berhasil dipadamkan dini hari tadi. Kebakaran tersebut berada di perbatasan Kawasan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri dan KPH Lawu. "Tim kami masih naik ke atas karena risikonya terlalu besar tadi malam," kata Errik.

Adapun lokasi yang terbakar dipastikan berupa rimba campur. Belum diketahui pasti penyebab kebakaran tersebut. Namun diperkirakan musibah itu masih akan terjadi selama musim kemarau ini.

Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, tercatat sedikitnya 90 hektare lahan Perhutani Kediri ludes dilalap api. Akibatnya Perhutani Kediri harus menanggung kerugian hingga Rp 100 juta karena kerusakan ribuan batang pohon.

Kasus kebakaran hutan itu terjadi merata di 37 Resor Pemangkuan Hutan (RPH) yang berada di Nganjuk, Kediri, Tulungagung dan Trenggalek. Salah satu peristiwa kebakaran terbesar terjadi di KPH Nganjuk yang mencapai 30 hektare. Ribuan pohon pinus, akasia, dan rimba campur rusak dilalap api.

Untuk meminimalisasi kebakaran, Perhutani Kediri telah menerjunkan petugas di setiap pintu masuk hutan. Selain memperketat akses masuk, setiap pemburu yang hendak melintas diminta menyerahkan korek api dan benda lain yang mudah terbakar. "Penjagaan ini kami lakukan sampai kemarau habis," kata Errik.

HARI TRI WASONO


Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

4 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

13 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

38 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

41 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

42 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

42 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

43 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

43 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

47 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

54 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya