TEMPO Interaktif, Semarang - Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang menggelar sidang gugatan perdata kasus hilangnya bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Ketileng, Kota Semarang, Selasa, 26 Juli 2011.
Kedua orang tua bayi, Muhammad Yahron dan Dwi Setyowati, melalui kuasa hukumnya, Evarisan, menggugat pihak rumah sakit dan Pemerintah Kota Semarang sebesar Rp 5 miliar.
"Gugatan perdata ganti rugi tersebut terdiri dari kerugian materiil dan imateriil, masing-masing Rp 1,5 miliar dan Rp 3,5 miliar," kata Evarisan di sela-sela persidangan.
Evarisan mengemukakan, akibat keteledoran yang dilakukan pihak rumah sakit, kliennya mengalami kerugian besar. "Tak ada orang yang rela dan bisa menerima anaknya hilang," ujar aktivis perempuan dan anak asal Semarang tersebut.
Dalam sidang yang dipimpin Hakim Ketua Ridwan Ramli dengan anggota Cipta Slamet Basuki dan Praksono itu, pihak tergugat memberikan berbagai bukti dan keterangan saksi. Bukti itu di antaranya surat kelahiran, kliping media massa, foto-foto bayi yang diculik, dan bukti lapor polisi.
Evarisan menyatakan, Pemerintah Kota Semarang juga ikut digugat karena Rumah Sakit Ketileng adalah milik Kota Semarang. Sebenarnya, pihak rumah sakit sudah memberikan uang Rp 50 juta kepada Yahron. Namun, Yahron menganggap uang tersebut hanyalah tali asih, bukan uang ganti rugi.
Kasus hilangnya bayi di Rumah Sakit Ketileng ini bermula saat bayi seberat 4,3 kilogram yang baru dua hari dilahirkan Dwi Setyowati akan dibawa ke ruang perawatan ibunya untuk diberikan ASI. Bayi tersebut dibawa oleh Eka Laiyanatus Sifah, 18 tahun, siswa SPK PPN Semarang yang sedang magang kerja.
Namun, belum sempat sampai ke ruang perawatan ibunya, Eka dihentikan oleh seorang perempuan paruh baya yang mengaku kerabat Dwi. Wanita itu mengaku siap mengantarkan bayi tersebut ke ruang perawatan Dwi.
Eka pun menyerahkan bayi tersebut. Namun, sejak saat itu, bayi berjenis kelamin laki-laki itu tak pernah diketahui lagi keberadaannya.
Kuasa Hukum Rumah Sakit Ketileng Semarang dan Pemerintah Kota Semarang, Dwi Saputra, menyatakan pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin bertanggung jawab terkait hilangnya bayi di rumah sakit itu. “Kami sudah ke sana kemari ikut berusaha mencari bayi yang hilang itu,” katanya.
Dwi menambahkan, kliennya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu orang tua bayi yang hilang. Misalnya, pihaknya sudah memberikan dana santunan Rp 50 juta. Jika memang orang tuanya masih tak terima dengan hilangnya bayi itu, uang santunan itu tidak diterima dulu. “Namun, nyatanya uang itu sudah diterima orang tua korban,” katanya.
Oleh karena itu, Dwi heran kenapa persoalan hilangnya bayi ini justru masuk gugatan perdata ke pengadilan. Apalagi, proses pencarian yang ada di kepolisian juga belum selesai.
ROFIUDDIN
Berita terkait
Dinilai Terbukti Malpraktik, RS Omni Alam Sutera Ajukan Banding
18 September 2018
Kuasa hukum RS Omni Alam Sutera tidak bersedia mengomentari keputusan hakim, yang menyatakan Rumah Sakit Omni terbukti bersalah atas kasus malpraktik.
Baca SelengkapnyaRS Omni Dinyatakan Malpraktik, Juliana: Saya Sudah Puas
18 September 2018
Ibu dua anak kembar itu merasa puas dengan keputusan pengadilan yang menyatakan RS Omni Alam Sutera terbukti malpraktik.
Baca SelengkapnyaBPJS Kesehatan Telat Bayar Tagihan, RSUD di Jakarta Krisis Obat
12 September 2018
Setiap tahun DKI menggelontorkan Rp 1,5 triliun untuk membayar premi BPJS Kesehatan bagi pasien kelas III. BPJS Kesehatan defisit Rp 9,75 triliun .
Baca SelengkapnyaKisah Juliana Gugat Dugaan Malpraktik RS Omni Demi Jared - Jayden
30 Agustus 2018
Juliana Dharmadi, ibu kembar Jared dan Jayden Cristophel, korban dugaan malpraktik Rumah Sakit Omni menanggung beban hidup berat selama 10 tahun ini.
Baca SelengkapnyaRS Omni Dituduh Malpraktik ke Anaknya, Juliana Gugat Rp 20 Miliar
29 Agustus 2018
Juliana menuduh RS Omni lakukan malpraktik sehingga anak kembarnya buta, dia menggugat Rp 20 miliar.
Baca SelengkapnyaDimensi Hukum Pelecehan Seksual di Rumah Sakit
27 Februari 2018
Beredarnya rekaman video pelecehan seksual oleh seorang perawat menyentak kita semua.Tak mudah menuduh tenaga kesehatan melakukan pelecehan seksual.
Baca SelengkapnyaBPJS Watch: Polisi Harus Usut Rumah Sakit yang Tolak Bayi Debora
10 September 2017
Pengamat BPJS Watch Timboel Siregar mendesak kepolisian untuk menyelidiki dokter dan petugas rumah sakit yang menolak bayi Debora.
Baca SelengkapnyaBayi Meninggal di Rumah Sakit, Gubernur Djarot Ingatkan Kode Etik
10 September 2017
Bayi Debora meninggal di RS Mitra Keluarga karena orang tuanya tak punya Rp 19 juta untuk biaya fasilitas PICU.
Baca SelengkapnyaTempat Parkir Rumah Sakit Aloe Saboe Gorontalo Terbakar
23 Juni 2017
Rumah sakit ini memiliki sistem pemadaman sebagai langkah
pencegahan.
Rumah Sakit di Bekasi Diduga Lakukan Malapraktek
28 Maret 2017
Putri Ira Rahmawati meninggal karena keterlambatan dokter memberi pertolongan darurat.