TEMPO Interaktif, Makassar - Keluarga Halisan alias Bagong minta Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan-Barat Inspektur Jenderal Johny Wainal Usman, bertanggung jawab terhadap kematian Halisan yang ditembak oleh oknum polisi dari Polsek Makassar.
Salah satu keluarga korban, Anto, mengatakan Halisan ditembak di alis sebelah kiri tembus otak belakang. "Ini merupakan pembunuhan murni, yakni dengan sengaja oknum polisi itu menembak korban," kata Anto, di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Senin 4 Juli 2011.
Anto, bersama keluarga lainnya, mengadukan tindakan semena-semena anggota polisi ini ke LBH. Pihak keluarga meminta bantuan LBH untuk mengusut kasus ini sampai tuntas. Anto menegaskan, selama ini korban tidak pernah terlibat masalah dengan anggota polisi.
Namun, saat polisi yang datang mengamankan balapan liar di Jalan Veteran Selatan, justru korban yang dijadikan sasaran oleh anggota polisi tersebut. "Sebenarnya korban pada malam itu ingin menghentikan aksi balap liar. Sebab, kemenakannya satu bulan lalu tewas karena ikut balapan liar. Tapi, dia justru jadi korban penembakan," kata Anto.
Pada Sabtu malam lalu, 2 Juli 2011, Halisan tewas ditembak anggota Polsek Makassar, di Jalan Veteran Selatan, tepat di depan toko Tanete. Saat itu, anggota polisi yang tidak mengenakan pakaian dinas tersebut datang untuk mengamankan balapan liar.
Menurut saksi mata AC, sekitar pukul 12.00, sekitar 5 anggota polisi berpakaian hitam memegang pistol mengejar korban mulai dari perbatasan Jalan Rappocini sampai di depan toko Tanete. Tepat di depan toko Tanete, korban dikepung dan anggota polisi lainnya memukul korban sampai jatuh. Saat terjatuh, korban dipegang di bagian lehernya lalu ditembak. "Saya lihat korban terkapar bersimbah darah," kata AC.
Direktur LBH Makassar Abdul Muttalib menegaskan, kasus penembakan yang dilakukan oleh oknum polisi ini menjadi peringatan bagi Kapolda. Sebab kasus penembakan ini bukan kasus pertama kalinya yang terjadi di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar. "Kami minta Kapolda menindak tegas anggotanya yang menyalahi penggunaan senjata api," kata Muttalib.
SAHRUL
Berita terkait
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024
14 hari lalu
Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum
Baca SelengkapnyaPrajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat
30 hari lalu
Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.
Baca SelengkapnyaAmnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum
36 hari lalu
Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer
6 Oktober 2021
Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.
Baca SelengkapnyaSerial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan
16 September 2021
Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.
Baca Selengkapnya2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf
27 Juli 2021
TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.
Baca SelengkapnyaJokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua
5 Juli 2018
Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini
8 Juli 2017
Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.
Baca SelengkapnyaTampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks
8 Juli 2017
Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara
8 Juli 2017
Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."
Baca Selengkapnya