Indonesia Negara Mematikan Bagi Jurnalis

Reporter

Editor

Selasa, 3 Mei 2011 21:38 WIB

Sejumlah Jurnalis melakukan aksi menyalakan lilin di Medan, Minggu malam (22/8). Mereka mengutuk kekerasan terhadap jurnalis yang menewaskan Ridwan Salamun di Tual, Maluku. TEMPO/Soetana Monang Hasibuan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mencatat sedikitnya 44 kasus kekerasan terhadap jurnalis terjadi selama setahun terakhir. Ironisnya, sebagian besar kasus itu tenggelam dan tak jelas penyelesaiannya. "Tenggelam karena tak diusut secara hukum," kata Ketua AJI Indonesia, Nezar Patria dalam pernyataan sikapnya terkait perayaan Hari Pers Internasional, Selasa 3 Mei 2011.

Nezar menjelaskan, jumlah kekerasan itu merupakan hasil rekapitulasi AJI sejak tanggal 3 Mei 2010 hingga 3 Mei 2011. Kekerasan itu meliputi pengrusakan terhadap kantor media, pengusiran dan larangan melakukan peliputan, tekanan melalui hukum, ancaman dan teror, perusakan alat liputan, demonstrasi dan pengerahan massa, termasuk pembunuhan.

Dua tragedi pembunuhan yang cukup menonjol dialami reporter SUN TV di Tual, dan pembunuhan terhadap Alfrests Mirulewan di Pulau Kisar, Maluku. Namun kedua kasus tersebut hingga kini tidak jelas penyelesaiannya. Begitupun pula kasus kematian wartawan Jubi Adriansyah Matra'is di Merauke, Papua dan penusukan reporter vivanews.com, Banjir Ambarita, di Jayapura.

Maraknya kasus kekerasan terhadap jurnalis merupakan rapor buruk bagi iklim jurnalistik di tanah air. Bahkan, karenanya, Comittee to Protect Journalist (CPJ)—organisasi internasional yang aktif berkampanye tentang keselamatan jurnalis—pernah memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara yang sangat berbahaya alias mematikan (deadliest country) bagi jurnalis.

Untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa, Nezar mendesak seluruh aparat penegak hukum mengusut tuntas semua kasus kekerasan terhadap jurnalis. "Selama ini ada budaya impunitas atau membebaskan pelaku kejahatan dari tanggung jawab hukum dalam kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia," kata Nezar.

Menurut Nezar, impunitas (pembiaran pelaku kejahatan dari tanggung jawab hukum) merupakan penyebab utama kekerasan bagi jurnalis. Praktek itu juga membayangi negara tetangga seperti Filipina yang telah membiarkan 140 kasus pembunuhan wartawan sejak 1986, termasuk kasus pembantaian 32 jurnalis dan pekerja media di Manguindanao, pada November 2009.

Dalam rilisnya, AJI juga mengecam aksi kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi di sejumlah wilayah konflik, seperti Libya dan Syiria. AJI mengingatkan agar para jurnalis tak dijadikan sasaran oleh pihak yang berkonflik. "AJI beserta komunitas pers internasional, mendesak pemerintah memberikan perlindungan konkret kepada jurnalis sesuai konvensi internasional," jelas Nezar.

RIKY FERDIANTO

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

1 hari lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

1 hari lalu

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

AJI menilai kedua acara ini jadi momentum awal bagi jurnalis di Indonesia dan regional untuk mempererat solidaritas.

Baca Selengkapnya

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

30 hari lalu

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

Penganiayaan jurnalis oleh 3 anggota TNI AL terjadi di Halmahera Selatan. Ini respons Dewan Pers, AJI, dan KontraS. Apa yang ditulis Sukadi?

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

32 hari lalu

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

Dewan Pers mengungkap motif penganiayaan oleh 3 anggota TNI AL itu. Korban dipaksa menandatangani 2 surat jika penganiayaan ingin dihentikan.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

32 hari lalu

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

"Dewan Pers akan memantau betul peristiwa ini, memastikan proses hukumnya berjalan, dan memastikan korban dalam perlindungan," ujar Arif Zulkifli.

Baca Selengkapnya

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

32 hari lalu

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

Danlanal Ternate meminta maaf atas insiden kekerasan terhadap wartawan yang terjadi di Bacan, Halmahera Selatan.

Baca Selengkapnya

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

35 hari lalu

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

Kekerasan yang dilakukan anggota TNI Angkatan Laut itu merupakan bentuk penghalangan terhadap kerja jurnalistik yang tidak sepatutnya terjadi.

Baca Selengkapnya

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

35 hari lalu

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

Ormas dan kepolisian dianggap paling berpotensi melakukan kekerasan terhadap jurnalis.

Baca Selengkapnya

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

22 Februari 2024

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

AJI dan LBH Pers meminta Perpres Publisher Rights yang telah disahkan Presiden Jokowi dijalankan secara akuntabel.

Baca Selengkapnya

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

14 Februari 2024

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

Ujaran kebencian berpotensi memicu perselisihan sosial. Ujaran kebencian juga dapat berujung pada stigma, persekusi, dan kekerasan.

Baca Selengkapnya