Patoli pengamanan di wilayan Perairan Bitung, Sulawesi Utara. ANTARA/Basrul Haq
TEMPO Interaktif, Jakarta - Wilayah disepanjang perairan perbatasan laut Indonesia dikenal rawan. Berbagai gangguan kerap ditemui petugas yang tengah berpatroli. “Umumnya berada di perairan perbatasan,” ujar Juru Bicara TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama, Tri Prasodjo, Selasa 5 April 2011.
Tri menjelaskan, gangguan tersebut umumnya terjadi di sepanjang Selat Malaka dan dan laut Sulawesi. Di sepanjang perairan tersebut, kata Tri, petugas kerap menemukan sejumlah pelanggaran seperti perdagangan gelap maupun perdagangan orang.
Tidak hanya di wilayah perbatasan. Gangguan juga kerap ditemui di perairan dalam seperti Laut Maluku dan Laut Jawa. Berdasarkan pantauan petugas, kata Tri, kasus pelanggaran yang kerap muncul biasanya berbentuk praktek penangkapan ikan ilegal.
Mereka yang tertangkap diproses sesuai jenis kesalahannya masing-masing. Karena itu, kata Tri, tugas pengamanan laut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab TNI AL. “Kementerian Keluatan dan Perikanan, Polisi, Bea dan Cukai juga ikut berperan,” ujarnya.
Tri mengaku tidak ingat berapa banyak jumlah pelanggaran yang berhasil ditangani petugas. Begitupun dengan nilai kerugian yang dialami negara. Guna mengatasi masalah tersebut, kata dia, pemerintah mengaku telah menggelar sejumlah operasi keamanan disepanjang tahun.
