Gubernur Banten Tetap Minta Sidang Cikeusik di Jakarta

Reporter

Editor

Kamis, 24 Maret 2011 19:17 WIB

Tempo/Panca Syurkani

TEMPO Interaktif, Serang - Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah tetap meminta Mahkamah Agung memindahkan sidang kasus Cikeusik ke Jakarta. "Semua sudah dipertimbangkan dengan matang dan atas saran semua pihak. Jadi permohonan itu tetap kami lanjutkan," kata Asisten Daerah I Pemerintah Provinsi Banten Anwar Mas'ud, Kamis (24/3) petang.

Menurutnya, langkah Gubernur Atut sudah sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. “Gubernur tidak akan mencabut atau menganulir keputusan tersebut,” kata Anwar.

Sebelumnya, sejumlah tokoh masyarakat dari Pondok Pesantren Salafy di Banten mengecam tindakan Gubernur Banten yang meminta pemindahan lokasi persidangan kasus Cikeusik. “Kalau Gubernur merasa persidangan para pelaku penyerangan Ahmadiyah adalah ancaman keamanan, berarti Gubernur menilai para tersangka kerusuhan Cikeusik adalah tersangka kelas besar seperti teroris dan pelaku bom lainya,” kata Kiai Syamsuri, seorang pengasuh pondok pesantren di Banten.

Menurut Anwar, Gubernur percaya masyarakat Banten bisa dengan arif mengikuti persidangan tersebut. "Tapi yang kami takutkan kerusuhan itu terjadi karena ada provokasi dari pihak-pihak luar Banten. Kejadian Cikeusik itu buktinya," kata Anwar.

WASI’UL ULUM

Berita terkait

Pemerintah Diminta Perhatikan Jemaah Ahmadiyah NTB Saat Lebaran

6 Juni 2018

Pemerintah Diminta Perhatikan Jemaah Ahmadiyah NTB Saat Lebaran

Penyerangan dan pengrusakan terhadap rumah jemaah Ahmadiyah di Grebek, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat terjadi pada 19 dan 20 Mei lalu.

Baca Selengkapnya

Ahmadiyah Disebut Kerap Alami Kekerasan Berbasis Agama Sejak 1998

21 Mei 2018

Ahmadiyah Disebut Kerap Alami Kekerasan Berbasis Agama Sejak 1998

Tindakan intoleran terhadap jemaah Ahmadiyah yang baru-baru ini terjadi adalah aksi penyerangan, perusakan, dan pengusiran di Lombok Timur, NTB.

Baca Selengkapnya

Ahmadiyah Meminta Polisi Memproses Pelaku Penyerangan di Lombok

21 Mei 2018

Ahmadiyah Meminta Polisi Memproses Pelaku Penyerangan di Lombok

Jamaah Ahmadiyah meminta langkah cepat Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi seperti pernyataannya di media sosial.

Baca Selengkapnya

Perusak Rumah Warga Ahmadiyah di NTB Diperkirakan 50 Orang

21 Mei 2018

Perusak Rumah Warga Ahmadiyah di NTB Diperkirakan 50 Orang

Massa merusak 24 rumah warga Ahmadiyah. Polisi mengevakuasi penduduk ke kantor Kepolisian Resor Lombok Timur.

Baca Selengkapnya

Setara: Persekusi Ahmadiyah Merupakan Tindakan Biadab

20 Mei 2018

Setara: Persekusi Ahmadiyah Merupakan Tindakan Biadab

Setara Institute mengecam persekusi yang menimpa komunitas Jamaah Ahmadiyah di Lombok Timur.

Baca Selengkapnya

Sekelompok Orang Serang dan Usir Penganut Ahmadiyah di NTB

20 Mei 2018

Sekelompok Orang Serang dan Usir Penganut Ahmadiyah di NTB

Sekelompok orang melakukan penyerangan, perusakan, dan pengusiran terhadap warga penganut Ahmadiyah di Desa Greneng, Lombok Timur.

Baca Selengkapnya

Jemaah Ahmadiyah Minta di Kolom Agama E-KTP Ditulis Islam

25 Juli 2017

Jemaah Ahmadiyah Minta di Kolom Agama E-KTP Ditulis Islam

Jemaah Ahmadiyah minta dalam kolom agama e-KTP ditulis Islam.

Baca Selengkapnya

Warga Ahmadiyah di Manislor Desak Pemerintah Terbitkan E-KTP

24 Juli 2017

Warga Ahmadiyah di Manislor Desak Pemerintah Terbitkan E-KTP

Jemaah Ahmadiyah di Kuningan meminta Ombudsman mendorong pemerintah daerah setempat untuk menerbitkan e-KTP bagi warga Manislor yang juga Ahmadiyah.

Baca Selengkapnya

Tjahjo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong

24 Juli 2017

Tjahjo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mendukung jemaah Ahmadiyah untuk tetap mendapatkan kartu tanda penduduk elektronik atau e-KTP.

Baca Selengkapnya

Human Rights Watch: Larangan Atas Ahmadiyah Melahirkan Kekerasan

14 Juni 2017

Human Rights Watch: Larangan Atas Ahmadiyah Melahirkan Kekerasan

Sejak ada SKB tiga menteri, kata Andreas, semakin banyak masyarakat Indonesia yang intoleran.

Baca Selengkapnya