Dia mengatakan, permasalahan sampah di Bandung hanya berpindah tempat saja. Padahal sebaiknya, sampah bisa dituntaskan oleh masyarakat sendiri. Namun berdasarkan pengakuan masyarakat ke Forum Hijau, berbagai alasan membuat masyarakat tidak tertarik ikut menangani masalah sampah.
Pertama, masyarakat tidak merasa butuh pengelolaan sampah berupa 3R (reduce, reuse, recycle), di antaranya karena tidak ada aturan yang memaksa dan warga merasa sudah bayar retribusi sampah. Selain itu, warga menganggap pemilahan sampah bakal percuma karena tukang sampah mencampur kembali sampah.
Peta ini memberi sejumlah informasi geografis untuk membantu masyarakat memilah sampah, membuat kompos, dan tempat-tempat lain untuk melihat atau bertanya masalah sampah serta lingkungan. Di antaranya lokasi pengumpul barang bekas, tempat daur ulang, sekolah berwawasan lingkungan, tempat pembuangan sampah terpadu, serta usaha produk hijau.
Peluncuran peta hijau seri pertama ini berdasarkan pendataan hingga September 2010 di 6 kecamatan, yaitu Cidadap, Coblong, Cibeunying Kaler, Cibeunying Kidul, Bandung Wetan, serta Sumur Bandung. Seluruh peta yang terbagi dalam 6 seri dan mencakup 30 kecamatan di Kota Bandung itu rencananya akan diluncurkan serentak 22 April mendatang. "Nanti kami akan sebarkan 30 ribu lembar peta itu," ujar Christian.
Menurut Forum Hijau, setiap warga Bandung menyumbang 3 liter sampah per hari. Untuk mengangkut sampah itu, Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan duit Rp 100 juta atau Rp 40 miliar per tahun. "Total volume sampah setahun mencapai 55 kali luas Candi Borobudur," katanya.
ANWAR SISWADI