Muhaimin Iskandar dan Yenny Wahid. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memilih pasif dalam islah alias perdamaian dua kubu Partai Kebangkitan Bangsa. Kubu Yenny wahid dan Muhaimin Iskandar diminta proaktif jika ingin didamaikan oleh organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.
"Kedua pihak itu mau nggak didamaikan? Mereka dulu yang minta dong," ujar Wakil Ketua PBNU As'ad Ali Said seusai diskusi Refleksi Akhir Tahun di Gedung PBNU, Kramat Raya, Rabu (29/12).
Menurut dia, Nahdlatul Ulama secara informal mendukung dan mendorong perdamaian kedua kubu yang telah bertahun-tahun berseteru itu. Para nahdliyin pun lebih suka jika Yenny dan Muhaimin berdamai.
As'ad mengatakan organisasinya tidak memiliki kecenderungan berpihak pada salah satu kubu. "Kita netral saja," ucapnya.
Ia menambahkan, Nahdlatul Ulama memandang eksodusnya sejumlah kyai dari Partai Kebangkitan Bangsa ke Partai Persatuan Pembangunan sebagai hal yang wajar. "Nggak masalah, kan hak mereka juga," tuturnya.
