Gelombang Tinggi Dikhawatirkan Picu Krisis Pangan  

Reporter

Editor

Selasa, 5 Oktober 2010 09:27 WIB

TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO Interaktif, Sumenep - Sudah dua pekan terakhir, nelayan di wilayah Kepulauan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, terpaksa tidak melaut karena ketinggian gelombang mencapai empat meter sehingga membahayakan keselamatan. Akibatnya, dikhawatirkan terjadi krisis pangan karena perahu yang mengangkut sembako juga tidak berlayar.

"Kami isi waktu dengan memperbaiki jala," kata Nurasyur, Warga Pulau Sapeken, Selasa (5/10), kepada Tempo.

Selain karena gelombang sedang pasang, menurut Nurasyur, nelayan sengaja memilih tidak melaut karena hasil tangkapan ikan merosot tajam usai Ramadan lalu. Biasanya, kata dia, sekali melaut nelayan bisa membawa pulang 1 hingga 2 ton ikan, namun saat ini untuk mendapatkan 100 kilogram ikan segar sangat sulit. Hal tersebut tidak sebanding dengan biaya melaut yang mencapai Rp 500 ribu sekali melaut. "Kami gunakan perahu untuk angkut sembako sebagai sampingan," ujarnya.

Nuraysur mengakui merosotnya hasil tangkapan ikan ini karena rusaknya ekosistem bawah laut akibat masih digunakannya bom potasium oleh sejumlah nelayan nakal untuk mencari ikan langka dan tripang. Kondisi itu diperparah dengan maraknya nelayan luar daerah yang menangkap ikan menggunakan pukat harimau. "Kalau Anda ke sini, jam tiga pagi Anda akan biasa dengan ledakan bom," tuturnya.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumenep asal Pulau Sapeken, Dulsiam, mengatakan selain tidak melaut, gelombang tinggi juga dikhawatirkan bisa menyebabkan krisis pangan di wilayah kepualauan karena perahu yang biasa mengangkut sembako juga tidak berlayar.

"Kalau sampai sebulan gelombang masih tinggi berarti selama sebulan tidak ada pasokan sembako, terutama bagi pulau yang tidak disinggahi kapal besar," ungkapnya.

Dia mengaku mendapatkan kabar warga di Pulau Sakala, Pagerungan Besar, dan Pagerungan Kecil, Sepanjang, Sadulang Besar, dan Pulau Sadulang Kecil, saat ini terpaksa makan singkong karena mulai kekurangan beras. "Seberapa parah kondisinya saya belum tahu pasti," katanya.

Sementara, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kalianget, Sumenep, Syamsul Arifin, membenarkan, jika gelombang dilaut sedang tinggi. Dia mengungkapkan saat gelombang di perairan Kepulauan Sumenep antara 1 hingga 3 meter. Kondisi ini sangat tidak baik bagi para nelayan karena disertai kecepatan angin yang relatif tinggi antara 5 hingga 35 kilometer per jam,”jelasnya.

Karena itu, Syamsul mengimbau para nelayan agar tidak melaut sementara waktu menunggu situasi laut kembali normal.

MUSTHOFA BISRI

Advertising
Advertising

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

3 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

5 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

6 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

10 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

11 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

17 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

21 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

29 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

38 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

41 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya