Kartono: Indonesia Jadi Target Industri Rokok Sejak Lama
Kamis, 26 Agustus 2010 19:36 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat Kesehatan Kartono Muhammad menyatakan, Indonesia sudah dipersiapkan jadi target Industri rokok Internasional sejak lama. "Sejak tahun 1990-an, industri rokok di Amerika Serikat mendapat pukulan berat karena harus ganti rugi 50 juta dolar Amerika Serikat kepada seorang perokok yang sakit karena merokok, sehingga harus mencari area yang peraturannya lemah," kata bekas Ketua Ikatan Dokter Indonesia ini dalam diskusi rokok di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat (26/8)
Menurut Kartono, bukti tersebut berasal dari data Tobacco Research Institute di Selandia Baru yang teken kontrak dengan Rothman, perusahaan rokok asal Eropa,tentang masa depan industri rokok di Indonesia. Indonesia, kata Kartono, menjadi target karena aturan tembakau dan rokok di Indonesia lemah. Akhirnya terbukti, Phillip Morris International membeli PT Sampoerna, dan British American Tobacco (BAT) membeli PT Bentoel. "Memang kajian itu diteken dengan Rothman, tapi dalam proposalnya dibiayai juga oleh Gabungan Pengusaha Rokok Indonesia," ungkap Kartono
Dari kajian Tobacco Research dan Rothman tersebut dipaparkan daftar tokoh-tokoh yang bisa jadi sekutu potensial. "Disebutkan dengan jelas tokoh politik, birokrat hingga tokoh agama yang bisa dilobby agar tidak mengikuti aturan Badan Kesehatan Dunia (WHO)," kata Kartono. Tokoh yang disebut potential allies antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pendidikan.
Caranya, Kartono menjelaskan, adalah dengan memanfaatkan petani tembakau demi alasan ekonomi. Kemudian melarang usulan gambar penyakit akibat merokok sebagai peringatan kesehatan dalam kemasan rokok, termasuk sponsor dalam kegiatan musik dan olahraga. "Itu ada jelas di sana," katanya.
Saat ini, kata aktivis anti rokok ini, kampanye anti rokok di Indonesia menghadapi kendala dari pemerintah, dewan perwakilan rakyat dan industri. "Bahkan Presiden pun sudah jadi sekutu pabrik rokok," ujar Kartono. Maka perjuangan untuk menaikkan cukai rokok dan mengganti kemasan rokok di Indonesia, sangat berat.
Ia juga geram dengan mitos-mitos yang menyatakan kampanye anti rokok itu pesanan Amerika Serikat. "Lha Amerika Serikat saja meminta perusahaan rokok untuk keluar dari negaranya," kata Kartono.
Dianing Sari
