Menurutnya, teknologi biogas murah dan aman dari bahaya ledakan seperti gas elpiji. Para pengguna gas elpiji yang memiliki ternak sapi, kata dia, bisa beralih menggunakan teknologi biogas.
Menurutnya, peralatan yang dibutuhkan tidaklah rumit. Kata dia, setiap unit biogas dengan enam drum menghabiskan dana sebesar Rp 5 juta. Dana tersebut digunakan untuk membeli peralatan seperti enam buah drum ukuran 250 liter, selang dan pengukur tekanan (manometer).
Caranya pun mudah. Kotoran sapi dicampur dan diaduk dengan air bersih lalu dimasukkan kedalam drum dan ditutup rapat. Campuran kotoran ini kemudian didiamkan selama tiga hari. Setelah tiga hari, campuran itu akan menghasilkan gas metana.
Selain untuk keperluan memasak, gas metana yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk sumber penerangan.
Menurut dia, teknologi biogas portebel ini telah melalui kajian dan penelitian selama tiga tahun. Hasilnya, peralatan ini akan dikembangkan di sejumlah sentra peternakan sapi perah di Sidoarjo.
Bupati Sidoarjo, Win Hendrarso menyatakan teknologi biogas dapat segera diterapkan saat masyarakat takut menggunakan gas elpiji. Teknologi ini, katanya, bisa menjawab tantangan krisis energi berbahan bakar fosil serta pilihan energi ramah lingkungan. "Kecamatan Krian segera menjadi proyek percontohan," ujarnya.
EKO WIDIANTO