“Rata-rata mereka berasal dari rumah tangga miskin,” kata Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pandidikan Kabupaten Tasikmalaya, Akhmad Juhana, Jumat (2/4).
Akhmad menjelaskan, kebanyakan dari mereka semua bergerak di sektor informal dengan pendapatan tidak menentu. Para pemudanya biasanya hanya menjadi tukang ojek atau buruh bangunan sedangkan pemudi lebih banyak menjadi tenaga kerja wanita atau pembantu rumah tangga hingga ibu rumah tangga.
Untuk menjawabnya tantangan itu, Akhmad mengatakan, lembaganya kini tengah menggulirkan program pemberdayaan Bina Karya Mandiri Pemuda Pedesaan. Mereka akan diberi pelatihan dan bantuan stimulan untuk memulai usaha yang sesuai dengan potensi desanya.
Nana Suryana, Juara I Pemuda Pelopor Tingkat Jawa Barat tahun 2009 asal Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya, menambahkan, pemuda yang putus sekolah kemudian menganggur kerap menghadapi berbagai kendala dalam memulai usaha. Minimnya informasi, akses jaringan, dan keterampilan merupakan deretan kendala yang selalu menghampiri mereka.
Namun Nana yakin melimpahnya potensi alam yang dimiliki di tiap wilayah pedesaan bisa memberi jalan keluar. Hal tersebut bisa di jadikan sebagai modal awal untuk melangkah menekuni dunia usaha. “Yang paling penting ialah semangat dan kemauan yang keras,” kata dia.
JAYADI SUPRIADIN