Sebuah bangunan hancur akibat abrasi pantai di Pantai Bondo, Jepara, Jawa Tengah, (30/12). Kawasan ini mengalami abrasi pantai yang cukup parah, hal ini diduga akibat praktek penambangan pasir pantai secara ilegal. TEMPO/Arie Basuki
TEMPO Interaktif, Semarang - Kerusakan ekosistem pantai utara Jawa Tengah dinilai paling parah dibanding daerah pantai lain di Indonesia. Kondisi ini diakibatkan oleh rusaknya sejumlah hutan mangrove yang seharusnya mampu melidungi daerah pantai dari abrasi air laut.
“Kerusakan ini mencapai 67 persen dari panjang pantai utara Jawa Tengah,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhmmad, saat melakukan kunjungan di Pekalongan Jawa Tengah, Jum’at (19/3).
Fadel mengatakan, saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah memprioitaskan pantai utara Jawa Tengah menjadi fokus utama untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem yang telah rusak. “Saat ini kami sediakan 1 juta bibit mangrove,” ujar Fadel..
Selain menghijaukan pantai, Fadel juga menyatakan siap memenjarakan para pengusaha yang sengaja merusak konservasi pantai. “Karena kerusakan terindikasi adanya kesengajaan dari mereka,” ujar Fadel.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Soebagyo Brotosedjati menyatakan, dari luas pantai utara Jawa Tengah seluas 60 ribu hektar, hanya 10.786 hektar lahan yang memiliki hutan mangrove. Kondisi ini makin parah akibat pencemaran pabrik dan kesadaran warga yang masih kurang.
Pertamina melalui Program Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) Hutan Pertamina, pulihkan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove di Nusa Tenggara Timur (NTT).