TEMPO Interaktif, Situbondo:Banjir disertai lumpur akibat hujan deras kemarin melanda lima desa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pantauan hingga Rabu (30/1), sedikitnya 54 rumah rusak parah dan seorang ibu tewas. Selain itu, bencana juga menerjang puluhan bangunan perusahaan pembenihan udang, sekitar 200 terendam lumpur dan Pondok Pesantren Barakatul Qadiri Gunung Jati Kembang rusak berat. Lokasi bencana persisnya di kawasan Kecamatan Mimbaan dan Kendit, juga mengakibatkan putusnya jalur angkutan darat Probolinggo-Situbondo. “Korban tewas dikenal bernama Buk Yul, usia 47, warga Kendit. Korban terseret lumpur,” ujar Kapolres Situbondo Ajun Komisaris Besar Kunto Wibisono kepada Tempo News Room. Kapolres menjelaskan, penyebab bencana diduga karena kawasan hutan ditebangi dan disulap menjadi lahan jagung oleh Perhutani bersama warga setempat. Akibatnya, tidak ada pepohonan yang bisa menyerap air, sehingga terjadilah banjir dan longsoran lumpur. Apalagi di sekitar hutan itu tidak ada sungai yang bisa menampung luapan air. “Ketinggian lumpur mencapai satu meter lebih terjadi di 6 titik. Ini banjir terbesar sejak tahun 1992,” ujar Kunto. Sampai berita ini diturunkan, 100 kendaraan sudah berhasil diselamatkan. Kapolres menargetkan malam ini, jalur angkutan sudah normal kembali. Pak Udik, warga Kendit, menceritakan malam itu terdengar suara gemuruh dari pegunungan di belakang rumahnya. Ia pun melihat ke luar, ternyata banjir lumpur telah menggenang disertai batu-batu dan potongan kayu. “Saya keluar dengan memecahkan kaca jendela. Pintu tak bisa dibuka karena terhalang lumpur dan batu-batu,” ujar Pak Udik. Saat banjir datang kalangan santri Pondok Pesantren Barakatul Qadiri Gunung Jati Kembang sempat mencegat kendaraan yang melintas di jalur Probolinggo-Situbondo. Mereka mengingatkan agar pengendara berputar balik karena ada banjir. “Tak lama berselang, lumpur dan batu-batu sudah menerjang,” ujar Hasan, seorang santri. Pondok pesantren didirikan 3 tahun lalu itu tercatat mengalami kerusakan paling parah. Sejumlah bangunan pondok, termasuk masjid, terlihat rata dengan tanah. “Semua pakaian santri, makanan dan inventaris pondok hanyut terbawa banjir,” ungkap Hasan. Kerugian pesantren yang berdiri di atas lahan seluas 3 hektar itu ditaksir Rp 400 juta. (Bibin)
Berita terkait
Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan
1 menit lalu
Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan
Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media